ROH DAN GEREJA (EKLESIIOLOGI DAN PNEUMATOLOGI)

Doc.Google
Perubahan Eklesiologi yang berpusat pada Gereja menjadi menjadi yang berpusat pada Kerajaan Allah. Hal ini tercermin dan diberikan dasar yang mendalam pada misiologi bahwa Gereja sebagai bagian dari missio Dei (misi Allah). Maka tujuan dan tugas Gereja adalah untuk melayani dan menjadi bagian dari Kerajaan Allah. Misi bukan karya Gereja, tetapi merupakan sifat Allah. Allah adalah Allah yang misioner, oleh karena itu misi dipandang sebagai gerakan Allah ke dunia, Gereja dipandang sebagai alat karya misi tersebut. Gereja ada karena ada karya misi dan Gereja ikut serta dalam karya itu.

Rencana Allah dalam perutusan Ilahi-Nya merupakan kehadiran kekal, dinamis, penuh misteri, yang tak pernah dicakup dalam Gereja Kristen. Sebagaimana dikatakan bahwa misi Allah lebih luas dari pada misi Gereja. Maka Kerajaan Allah atau misi Allah menegaskan nilai dan perlunya perutusan Gereja tetapi memberikan batas padanya.

Peran Gereja sebagai bagian dan hamba missio Dei, hal ini secara lebih jelas dapat dipahami dalam Trinitas tradisional umat Kristen mengenai Allah dan perutusan-Nya. Sejak abad-abad pertama sejarah Gereja umat Kristen berbicara mengenai ”Pribadi” atau ”Perutusan” bahwa Allah dialami melalui Yesus Kristus itu adalah Tritunggal. Sejauh pribadi atau perutusan itu menyatakan di luar Allah (ad extra), maka pribadi itu dapat disimbolkan sebagai gerakan penciptaan Allah, misi komunikasi Allah (sabda) dan Allah yang menguduskan dan menghidupkan (Roh Kudus). Orang harus berhati-hati membuat pembedaan mengenai Trinitas, karena akan melahirkan tindakan keluar dari Allah Tritunggal.

Dalam mendalami lebih jauh hubungan antara Gereja sebagai bagian dari misi Allah dan hamba Kerajaan Allah, bahwa pemahaman mengenai Gereja dan perutusannya hampir secara eksklusif didasarkan pada perutusan pribadi kedua dalam Trinitas, yakni sabda Allah dan hal itu kini perlu diperluas dan diseimbangkan dengan pribadi ketiga yaitu Roh Kudus (Pneumatologi). Umat Kristen bisa saja tidak dapat memahami Gereja dan perutusannya tanpa Roh Kudus, maka perlu memperbaiki kerangka Pneumatologi, karena istilah teologi, eklesiologi dan misiologi terlalu banyak telah dikembangkan dalam kerangka Kristologi. Istilah Roh bisa hilang bila diartikan sebagai Roh Kristus, Roh yang berkaitan dengan sabda yang menjelma dalam Yesus Kristus dan yang membuat-Nya sebagai Kristus hidup dalam Gereja. Sesungguhnya Roh berbeda dari Sabda. Sebagai Roh ”memenuhi dan memperbaharui bumi” dan bekerja mengatasi Gereja. Dengan Kata lain: Kerajaan Allah hidup dan berkarya dalam dunia melalui Sabda dan Roh. Sabda menjelma dalam Yesus Kristus dan Roh yang memenuhi bumi, Kerajaan Allah sama, tetapi dihayati oleh dua jalan yang berbeda.

Pemahaman mengenai Gereja berdasarkan pada Roh (Pneumatologi), dalam teologi Ortodoks George Khord menyusun secara Pneumatologi terhadap teologi tradisional. Ia menjelaskan hubungan antara Sabda dan Roh dan kemudian diterapkan pada hubungan antara peruutusan Gereja dan agama-agama lain: Keselamatan Kristus tidak dapat dipahami tanpa Keselamatan Roh Kudus. Roh memenuhi segala sesuatu dalam keselamatan yang berbeda dari Putra. Sabda dan Roh disebut sebagai ”dua tangan Bapa”. Maka keduanya itu ada hubungan timbal balik dan saling melayani. Hububgannya walaupun Roh tidak dapat dipahami dan dialami tanpa menunjukkan sabda, tetapi Roh tidak dapat secara eksplisit maupun implisit direduksi kepada Sabda atau disubordinasi kepada Sabda. Perbedaan yang nyata mengakibatkan pentakosta dan daya yang mewujud dan memancar melalui sejarah dimengerti tidak hanya sebagai ”kelanjutan inkarnasi”. Hal ini akan menjadi subordinasi Roh terhadap Sabda (Modalisme) atau tata keselamatan Roh merupakan konsekwensi dari inkarnasi (Filioque), tetapi mempunyai identitas sendiri.

Teologi Trinitas yang diterapkan dalam misiologi dan teologi, boleh kita akui apa yang diikerjakan Roh diluar Gereja, karena dalam agama lain beda dari apa yang diwahyukan oleh Sabda dalam Gereja. Kerajaan Allah mengambil bentuk dalam hembusan Roh, yang dilihat sebagai rahmat yang berbeda dari yang diperkenalkan dalam Sabda yang menjelma dalam Yesus (tentu Roh juga bekerja dalam diri-Nya). Dalam arti bahwa, Kerajaan Allah yang melampaui Gereja itu mandiri atau tidak dimasukkan, ditelan atau diinkorporasikan dalam tata keselamatan Sabda yang dihadirkan dalam Gereja-Gereja Kristen.

Oleh karena itu ditegaskan oleh Khodr bahwa ”menempatkan secara cepat semua agama lain dalam kekristenan adalah sesuatu yang tergesa-gesa. Hal itu akan merupakan pengingkaran akan keaslian agama-agama tersebut” (merupakan pengingkaran tata keselamatan Roh dan Kerajaan Allah yang luas). Selain itu pada saat yang sama, independensi tata keselamatan agama-agama adalah benar karena ada hubungan antara Sabda dan Roh. Walaupun berbeda Roh ada dalam Sabda, sebagaimana Sabda ada dalam Roh. Perbedaan sesungguhnya terdapat antara Kerajaan Allah dalam agama-agama lain maka harus duhubungkan, dipahami, dan dijelaskan dalam Sabda dan Roh.

Usulan Khodr ”perlunya” Gereja sebagaimana juga ”perlunya” jalan agama-agama lain. Misiologi Pneumatologis perlu diwartakan kepada umat untuk menggapai universalitas tujuan penyelamatan Allah tanpa menghancurkan keunikan Inkarnasi, dengan mendasarkan pemahaman kita tentang Gereja Kristologi dan Pneumatologi. Dengan demikian kita akan memahami bahwa perutusan Kristen merupakan satu dari sekian perutusan yang membawa keunikan Kerajaan Allah yang hadir dalam Sabda yang menjelma dalam Kristus dan keunikan tentang Roh yang membantu Kerajaan Allah di seluruh dunia. (Honny Pigai)


Share:
spacer