STFT ‘FT’ ADAKAN REFLEKSI BERSAMA ATAS USAHA DIALOG PATER NELES TEBAY, Pr




JAYAPURA - Dalam rangka hari studi Dosen, Sekolah Tiggi Filsafat Teologi “Fajar Timur” (STFT “FT”), 08/05/13, di Aula St. Yoseph. STFT FT mengadakan refleksi bersama atas usaha dialog Jakarta-Papua untuk menciptakan Papua tanah damai, dan dalam rangka Tji Hak Soon Aword yang diterima oleh Pater Neles Tebay, Pr.

Refleksi bersama tersebut hadir juga tiga narasumber yakni, Pater Neles Tebay Pr, Mgr. Leo Laba Ladjar, OFM (uskup Jayapura) dan mewakili Jurnalis Bapak Yonas. Selain itu, hadir juga para Pastor dari Jayapura, Alumni-alumni STFT “FT” yang ada di Jayapura dan para mahasiswa STFT “FT”.

Pada kesempatan itu, dalam syaringnya Pater Neles mengatakan keterlibatannya dalam upaya mendorong dialog Jakarta-Papua itu, demi Papua Tanah Damai. “saya secara pribadi terlibat secara penuh dalam upaya mendorong dialog Jakarta-Papua demi Papua Tanah Damai” tulis Pater Neles dalam peper yang dibagikan.

Pater juga mengatakan, usaha mempromosikan jalan dialog dalam memperjuangkan keadilan dan perdamaian, sudah dimulainya sejak tahun 1998, seperti yang tertera dalam makalah berjudul “Memperjuangkan keadilan dan perdamaian di Irian Jaya” (sekarang Papua), dan tentang dialog tertera pada halaman 23-38. Makalah tersebut menurut Pater pernah dipresentasikan dalam seminar dosen STFT “FT” yang bertema “Pemikiran tentang reformasi di Bidang Keagamaan dan Kemasyarakatan dalam Konteks Irian Jaya”, rabu, 24 November 1998 di aula STFT FT. Maka sebelum Konggres Nasional Papua II, juni 2000, Promosi dialog itu sudah pernah dilakukan. 

Selain itu, Pater mengatakan keterlibatannya untuk mendorong dialog dipengaruhi oleh keberadaannya sebagai orang Mee, orang Papua, orang Katolik, orang yang pernah menggumuli dunia jurnalistik, dan orang yang belajar Misiologi.

Pater juga Neles membagikan refleksi atas perjuangan dialog Jakarta-Papua, pentingnya dialog, motivasi, tujuan, metode, maupun tantangan-tantangan yang dihadapi hingga kini.

Pada kesempatan yang sama Uskup Jayapura mengatakan Konflik Papua mesti diselesaikan, prinsip menghargai martabat manusia, prinsip subsidialitas dan prinsip damai atau anti kekerasan.

Di sisi lain, Uskup mengatakan peran iman sangat penting dalam perjuangan, karena iman dapat mencerdaskan akal budi dan iman dapat menjadi penerang bagi akal budi untuk berpikir dan bertindak secara bermartabat. Maka iman menjadi dasar dalam perjuangan demi kedamaian.

Selain itu, Bapak Yosi melihat dialog sebagai suatu proses ‘menjadi’. Proses di manan menjadi sesuatu dan sesuatu itu adalah kedamaian bagi tanah Papua. Jadi menurutnya dialog sebagai jalan untuk mencapai suatu tujuan dan kalau tujuan itu sudah tercapai masih harus mengejar tujuan berikutnya sampai pada tujuan finalis. Di samping itu ia juga sedikit menyinggung profesi sebagai wartawan di tanah Papua.

Setelah para narasumber mensyeringkan materinya, dilanjutkan dengan pertanyaan-pertanyaan refleksi bersama oleh peserta yang hadir pada kesempatan tersebut. Kegiatan tersebut ditutup dengan makan bersama.

(Honaratus Pigai)
Share:
spacer

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"...Sobat berikanlah tanggapanmu atas tulisan di atas..."