Perusahaan Kelapa Sawit Rusakkan Hutan Papua



Perusahaan Kelapa Sawit Rusakkan Hutan Papua


Pastor Honaratus Pigai (*

Hutan di daerah Mimika hancur akibat hadirnya perusahaan, mulai dari PT. Freeport hingga Perusahaan Kelapa Sawit. Hancurnya hutan tidak meninggalkan sedikit keberuntungan bagi kehidupan warga Kamoro. Sejalan dengan hancurnya hutan hijau, tatanan dan habitus kehidupan rakyat pun menjadi semakin parah.

Warga Kamoro yang punya pandangan hidup bahwa Hutan sebagai sumber kehidupan, tinggal cerita. Dengan hancurnya hutan, otomatis pula Hidup Orang Kamoro hancur.

Kehidupan warga Kamoro mengalami kehancuran hidupnya, bukan baru, sudah sejak hadirnya Perusahaan raksasa yang menjamin 24 negara, yakni PT. Freeport. Sudah sejak itulah hutan dan tatanan kehidupan mereka dibumihanguskan.

Tambah parah lagi bila perusahaan-perusahaan Kelapa Sawit menguasai daerah “Tapare Kamoro” (daerah Kamoro) dan daerah Amungsa. Perusahaan itu; Pertama, PT. PUSAKA AGRO LESTARI (PT. PAL), yang hingga kini sedang rutin lakukan aktivitas Kelapa Sawit. Selain itu, Kedua, PT. MERDEKA PLANTATION yang mau kuasai lahan, 200.000 ha, akan dikelola dan siap beroperasi hancurkan hutan Mimika, lokasinya antara Kapiraya dan Kokonau. Ketiga, PT. PRIMA SARANA GRAHA, yang mau kuasai lahan sebesar, 28.774 ha, lokasinya antara Kokonau dan Kampung Amar. Keempat, PT. TUNAS AGUNG SEJAHTERA, yang mau kuasai lahan, 40.000 ha, lokasinya antara kampung Umari dan kampung Potowai Buru."

Empat perusahan Kelapa Sawit ini, terlihat akan dan sudah hancurkan hutan dan lingkungan. Tempat-tempat kehidupan, meramu, togok sagu, berburu, bertani hilang jejak dampak limbah yang mencemari air dan dampak ilegaloging hutan serta pembabatan pohon sagu, yang habis dibabat tanpa ampun.

Bukan hanya hutan hilang dikuasai Perusahaan-perusahaan itu, tetapi juga kehidupan rakyat hancur. Dengan hadirnya perusahaan-perusahaan yang layak dinamakan penghancur hutan dan tatanan kehidupan rakyat Papua ini, diprediksi akan menguasai seluruh jalur hutan Papua.

Ini ulasan prediksinya:
Dari daerah Wilyah Adat Papua, Setelah beroperasi menguasai wilayah adat ANIMHA oleh perusahaan (MIFE), diprediksi akan beroperasi menuju BOMBERAI dan LA PAGO.

Dari wilayah Adat BOMBERAI oleh empat perusahaan yang disebutkan di atas diprediksi bisa beroperasi menuju MEEPAGO. Dari wilayah adat SAIRERI oleh perusahaan PT. Nabire Baru diprediksi akan masuk ke MEEPAGO.

Sementara dari Wilayah adat MAMTA/TABI, oleh perusahaan PT.PII dan perusahaan lainnya yang beroperasi di sana, bisa menyebarkan sayap operasinya ke daerah LA PAGO dan SAIRERI


Dari Arah wilayah adat bagian Barat DOMBERAI oleh perusahaan Perkebunan Kelapa sawit PT. Permata Putera Mandiri (PPM) dan PT. Putra Manunggal Perkasa (PMP), keduanya adalah anak perusahaan Austindo Nusantara Jaya Agri (ANJ), milik konglomerat George Tahija. Setelah menguasai Wilayah Adat DOMBERAI, perusaahan tersebut bisa beroperasi menuju ke daerah BOMBERAI dan SAIRERI.

Perusahaan dari DOMBERI, bisa juga beroperasi menuju arah BOMBERAI dan bertemu dengan 4 Perusahaan yang disebutkan di atas.  Dan Ke arah SAIRERI bertemu dengan PT. Nabire Baru.

Dari Wilayah Adat SAIRERI oleh perusahaan Nabire Baru diprediksi akan beroperasi ke MEEPAGO.

Dari Wilayah adat bagian Selatan Papua, Oleh Perusahaan Integrated Food and Energy Estate (MIFEE), bisa memperlebar operasinya ke arah daerah LA PAGO dan BOMBERAI.

Dari Wilayah Adat BOMBERAI ketemu empat perusahaan tadi yang menuju wilayah adat MEEPAGO.

Sedangkan dari wilayah adat MAMTA/TABI oleh perusahaan Sawit PT.PN II dan puluhan perusahaan lain sedang beroperasi. Perusahaan-perusahaan itu bisa perluas operasinya ke daerah LA PAGO dan ke SAIRERI.


Bukan hanya perusahaan-perusahaan yang disebutkan itu saja, ada sekian perusahaan yang illegal yang tidak hanya beroperasi untuk Kelapa Sawit, tetapi juga Ilegaloging Kayu, Fisinghing, Rumput Laut, Emas, Minyak, dan pokoknya segala kekayaan alam di Papua.

Hadirnya perusahaan amat memukul mundur kehidupan rakyat Papua. Masyarakat pribumi di Wilayah adat Papua Barat terancam dan menujuh punah oleh karena Eksploitasi dan Pengoperasian Perusahaan-perusahaan yang tidak memperhitungkan masa depan kehidupan orang asli Papua.  


Segala tindakan dan aksi yang tidak membela kehidupan dan terutama keberpihakan bagi kelangsungan masa depan bagi Papu harus dihentikan. Pemerintah dan pihak-pihak berwenang mesti mengambil langka atas fakta kehancuran kehidupan yang sedang menimpa rakyat dan umat kita di Papua.


*)Petugas Pastoral di Timika
 
Share:
spacer