Belajar Untuk Mencintai



***

Banyak orang mengartikan apakah cinta. Seorang anak kecil mengartikan cinta bila meminta sesuatu dan kemudian ia mendapatkan apa yang diminta. Ada yang mengartikan cinta bila ia mempunyai seorang pacar. Ada yang mengartikan cinta sebagai sebuah pelukan dan ciuman mesra. Ada yang mengartikan cinta bila menerima setangkai bunga dari seseorang atau sesuatu yang berbentuk hati berwarna pink. Yang lain lagi mengartikan cinta bila ia duduk berdua di sebuah taman di bawah rembulan.
Yesus pernah memberikan perintah baru kepada para murid untuk saling mengasihi satu sama lain. Dan menurut Yesus, hidup saling mengasihi merupakan ciri hidup dari para pengikutNya.
Namun pertanyaan bagi kita: Cinta seperti apakah yang dimaksud oleh Yesus? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, kita perlu tahu konteks perintah baru yang disampaikan oleh Yesus. Perintah baru Yesus disampaikan ketika sedang berada dalam perjamuan terakhir; yaitu setelah ia membasuh kaki para murid; yaitu saat-saat terakhir sebelum kematianNya; yaitu saat di mana Ia sedang mengalami kepedihan mendalam karena tahu bahwa ada muridNya akan mengkhianati Día dan yang lain akan menyangkal Dia dan yang lain lagi tidak jelas kemana perginya.
Dengan kata lain, Yesus memberitakan perintah baru tersebut ketika ia sedang berada dalam krisis dan pergumulan menyambut kematianNya. Dan dalam situasi yang demikian, Ia masih tetap mengasihi mereka. Dan persis di sinilah pengertian kasih yang dimaksud oleh Yesus, yaitu cinta bukan berdasarkan apa yang telah diterima atau karena mempunyai sesuatu, tetapi sebuah cinta yang “meskipun.” Artinya saya akan tetap mencintai meskipun saya telah disakiti, meskipun saya telah dikhianati, meskipun saya telah dilukai, meskipun berada dalam kemalangan, meskipun tidak segagah dan secantik dulu lagi dan meskipun sudah kakek-kakek atau nenek-nenek.
Maka arti cinta bukan hanya soal ketika mengalami yang indah-indah, bukan pula ketika kita mengalami yang baik-baik saja. Tetapi cinta adalah ketika mengalami sesuatu yang tidak enak, dan kita tetap bisa mengatakan aku mengasihimu, atau “I love you” seperti orang inggris, atau “yo te amo” seperti orang spanyol.
Pernah suatu kali setelah pulang misa, seorang imam sedang marah-marah dan memanggil kepada pegawainya karena sarapan pagi belum tersedia. Dengan penuh ketakutan, pegawai tersebut menjawab, “Maaf romo, kemarin saya mencari roti tidak mendapatkannya karena semua toko tutup, karena hari buruh sedunia.” “Dan sekarang saya sedang mau mencarinya. Tolong sabar sebentar ya. Tadi pastor mengatakan dalam homili bahwa kasih itu sabar dan orang sabar dikasihi Tuhan.” Kemudian dengan muka merah, pastor itu menjawab, “Ketika saya berada di mimbar, itu adalah Allah yang bersabda, dan sekarang saya bersabda, cepat pergi mencari roti untuk sarapan pagi!”
Kasih adalah kata indah yang mudah untuk diucapkan dan tidak mudah untuk dilaksanakan. Maka mengasihi bukan soal kata-kata indah tetapi soal kehendak dan tindakan. Mengasihi berarti menghendaki yang terbaik bagi orang lain dan sedapat mungkin membantu mewujudkannya. Dan itulah yang dilakukan oleh Paulus dan Barnabas dalam bacaan pertama hari ini. Mereka menghadirkan cinta dengan senantiasa menceritakan apa yang telah Allah lakukan kepada mereka. Mereka hadir di tengah-tengah jemaat dan menguatkan mereka untuk tetap mencintai meskipun menghadapi berbagai tantangan dari orang-orang yang tidak senang dengan mereka.
Semoga kita pun senantiasa menghadirkan cinta meskipun kita menghadapi tantangan yang tidak mudah dan mengalami krisis diri sekalipun.
***
Share:
spacer

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"...Sobat berikanlah tanggapanmu atas tulisan di atas..."