MUYEnews - Sebagai orang-orang yang
mengaku percaya kepada Tuhan Yesus sebagai Juruselamat yang penuh kuasa dan
kasih, kita tentu juga percaya, bahwa Dia mampu memberikan apa yang kita
mohonkan kepada-Nya. Atas dasar itu kita tidak segan-segan datang kepada-Nya
melalui doa, guna memohon pertolongan-Nya, terlebih-lebih ketika kita sedang
dalam kesulitan dan kesengsaraan. Perbuatan semacam itu tidak keliru, bahkan
baik, karena mengungkapkan iman kepercayaan kepada-Nya. Meskipun demikian, dari
kisah tentang orang kusta yang datang memohon penyembuhan kepada Tuhan Yesus
itu, kita perlu memperhatikan beberapa hal, setiap kali kita datang kepada-Nya
dalam doa-permohonan kita.
Pertama, permohonan kita itu harus didasari dengan
kerendahan hati yang tulus, karena mengakui ketidaklayakan kita di hadapan-Nya.
Orang kusta itu sampai berlutut di hadapan Yesus, ketika hendak menyampaikan
permohonannya.
Kedua, selain kerendahan hati, kita juga harus yakin
benar dan tanpa ragu-ragu, bahwa Tuhan mampu dalam memenuhi permohonan kita.
Orang kusta itu mau bersusah-susah mencari dan menemui Yesus, serta berucap
kepada-Nya, “Kalau Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku”.
Ketiga, permohonan harus disertai pengakuan akan
kedaulatan Tuhan dalam mengabulkan atau menolak permohonan kita. “Kalau Engkau
mau”, bukannya “Engkau harus mau!” Jangan sekali-kali beranggapan, kita dapat
dan boleh memaksa Tuhan memenuhi kehendak kita. Apalagi dengan ancaman, kalau
permohonan tidak dipenuhi-Nya, kepercayaan kita kepada-Nya akan berkurang atau
bahkan lenyap. Oleh sebab itu, pada akhir doa, ucapan kita seharusnya selalu,
“Kehendak-Mu yang jadi, bukannya kehendak-ku”, disertai
keyakinan bahwa kehendak Tuhan itu pasti yang terbaik untuk kita.
Posting Komentar
"...Sobat berikanlah tanggapanmu atas tulisan di atas..."