Seorang yang sakit kusta datang kepada Yesus, dan sambil berlutut di hadapan-Nya ia memohon bantuan-Nya, katanya, “Kalau Engkau mau, Engkau dapat menahirkan aku” (Markus 1:40).



MUYEnews - Sebagai orang-orang yang mengaku percaya kepada Tuhan Yesus sebagai Juruselamat yang penuh kuasa dan kasih, kita tentu juga percaya, bahwa Dia mampu memberikan apa yang kita mohonkan kepada-Nya. Atas dasar itu kita tidak segan-segan datang kepada-Nya melalui doa, guna memohon pertolongan-Nya, terlebih-lebih ketika kita sedang dalam kesulitan dan kesengsaraan. Perbuatan semacam itu tidak keliru, bahkan baik, karena mengungkapkan iman kepercayaan kepada-Nya. Meskipun demikian, dari kisah tentang orang kusta yang datang memohon penyembuhan kepada Tuhan Yesus itu, kita perlu memperhatikan beberapa hal, setiap kali kita datang kepada-Nya dalam doa-permohonan kita.
Pertama, permohonan kita itu harus didasari dengan kerendahan hati yang tulus, karena mengakui ketidaklayakan kita di hadapan-Nya. Orang kusta itu sampai berlutut di hadapan Yesus, ketika hendak menyampaikan permohonannya.
Kedua, selain kerendahan hati, kita juga harus yakin benar dan tanpa ragu-ragu, bahwa Tuhan mampu dalam memenuhi permohonan kita. Orang kusta itu mau bersusah-susah mencari dan menemui Yesus, serta berucap kepada-Nya, “Kalau Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku”.
Ketiga, permohonan harus disertai pengakuan akan kedaulatan Tuhan dalam mengabulkan atau menolak permohonan kita. “Kalau Engkau mau”, bukannya “Engkau harus mau!” Jangan sekali-kali beranggapan, kita dapat dan boleh memaksa Tuhan memenuhi kehendak kita. Apalagi dengan ancaman, kalau permohonan tidak dipenuhi-Nya, kepercayaan kita kepada-Nya akan berkurang atau bahkan lenyap. Oleh sebab itu, pada akhir doa, ucapan kita seharusnya selalu, “Kehendak-Mu yang jadi, bukannya kehendak-ku”, disertai keyakinan bahwa kehendak Tuhan itu pasti yang terbaik untuk kita.
Share:
spacer

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"...Sobat berikanlah tanggapanmu atas tulisan di atas..."