Pator Lisout: Menemukan Jati Diri, Belajar Dari Refleksi Para Leluhur Papua.

Jayapura,1/4 - Dalam perayaan Paskah nuansa Papua, Pastor Frans Lisout, OFM mengajak seluruh umat katolik di Papua untuk menemukan jati dirinya di dalam nilai-nilai hidup yang pernah diwariskan para leluhur Papua di masa sekarang.


Pastor Lisout dalam kotbahnya mengatakan Yesus adalah manusia yang sejati, karena Ia mampu mengorbankan diri-Nya demi membela sesamanya. Ia mampu melawan segala kejahatan dan ketidakbenaran serta ketidakadilan yang dialami umat Israel, sampai akhirnya mengorbankan diri. 

Orang Papua pada umumnya mengatakan dirinya adalah manusia yang utama. Hanya saja pengakuan diri ini, belum terwujud secara penuh. Pada masa sekarang orang Papua masih terlalu mengharapkan Otsus dan bahkan merujuk kepada korupsi. Sikap mengharapkan kepada yang lain, sangat membuat mental kita sebagai orang Papua tidak nampak. 

“Orang Papua mengatakan dirinya adalah manusia utama, tetapi sekarang kita sudah lupa pesan-pesan leluhur orang Papua. Leluhur telah meninggalkan nilai-nilai hidup, tetapi kita sudah tidak menghayatinya. Padahal sebelum Injil masuk, nilai-nilai hidup sudah ada dalam budaya kita.” ungkap Pastor Lisout dalam kotbahnya.

Paskah nuansa budaya Papua ini menghantar kita untuk merenung kesejatian Yesus. Belajar dari Yesus kita pun mesti menghayati nilai-nilai hidup yang pernah diwariskan oleh Leluhur kita. 

“Yesus menjadi manusia sejati karena leluhurnya bangsa Israel (Allah) mengajarkan kebenaran. Orang Papua pun punya leluhur dan para leluhur melalui refleksinya telah mengajarkan kita nilai hidup yang baik.” ungkap pastor yang lama berkarya di pedalaman Wamena ini.

Pastor pun menambahkan bahwa manusia sejati bukanlah manusia yang tergantung kepada orang lain. Manusia sejati adalah manusia yang hidup dengan mengorbankan diri demi kehidupan. Jati diri kita sebagai orang Papua, mesti kita hayati dalam keseluruhan hidup kita. Bukan hanya dengan kenyataan fisik, pakaian adat. Lagu-lagu budaya dan sebagainya semata, tetapi lebih dari itu seluruh diri kita harus menampilkan diri kita sebagai manusia yang benar-benar berjatidiri manusia Papua. 

Pastor juga memberikan beberapa pertanyaan refleksi dalam paskah nuansa Papua tahun ini, salah satunya yang diberikan sebagai refleksi selanjutnya adalah, “apakah nilai-nilai hidup yang pernah diwariskan leluhur bangsa Papua itu tidak berlaku pada masa sekarang, sehingga kita sering melupakannya dan tergantung pada orang lain”…? (Honaratus Pigai)


Share:
spacer

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"...Sobat berikanlah tanggapanmu atas tulisan di atas..."