Pendahuluan
Ketika saya tinggal di Amerika, raya mempunyai kesempatan berkunjung
ke Rocky Mountains, pegunungan yang menjulang sepanjang 4,800 km, dari
British Columbia di Kanada sampai ke New Mexico di Amerika. Sungguh
pemandangan yang begitu indah dan mengesankan. Tanah,
sungai, bunga-bunga, rumput, pohon-pohon dari yang kecil sampai yang
besar seolah-olah memuji Tuhan dan semuanya mencerminkan keagungan
Pencipta mereka. Keriangan ini ditambah dengan keindahan begitu banyak
binatang liar, seperti elk (sejenis rusa yang besar) yang berdiri dengan
gagah, binatang menyusui yang lain berlari dengan leluasa dan
burung-burung serta kupu-kupu yang terbang dengan bebas seolah-olah
semuanya ingin memuji Tuhan.
Dalam keindahan ini, saya memuji Tuhan akan
kebesaran karya ciptaan-Nya, dan pada saat yang bersamaan menyadari
keberadaan saya yang diciptakan oleh Tuhan untuk dapat memuliakan-Nya
dengan cara yang berbeda. Semuanya, dari batu-batuan, bukit dan lembah,
tumbuhan, binatang dan manusia diciptakan oleh Tuhan, dengan derajat
kesempurnaan yang berbeda-beda, sehingga masing-masing dapat memberikan
kemuliaan bagi nama Tuhan. Namun, manusia menempati suatu tempat yang
istimewa, yang membedakannya dengan tumbuhan dan binatang, sehingga
pemazmur mengatakan “apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya?” (Mzm 8:4).
Manusia sebagai ‘hewan’ yang rasional (rational animal)
Mari kita mencoba menganalisanya dari definisi manusia. Bagi yang
belum pernah mendengar tentang definisi manusia menurut filosofi,
mungkin akan kaget kalau manusia didefinisikan sebagai “binatang yang rasional atau berakal budi”. Definisi ini adalah berdasarkan akan pembagian “genus” dan “specific difference“. Genus mengindikasikan hakekat dari sesuatu dalam lingkup yang cukup luas, sedangkan specific difference merujuk kepada pengkategorian yang lebih spesifik. Sebagai contoh, binatang adalah genus dan kemudian dibagi menjadi specific difference, seperti: binatang melata, binatang menyusui, dll. Dalam bukunya “An introduction to the Categories of Aristotle“,
filsuf Yunani, Porphyry, menjabarkan pembagian berdasarkan genus dari
hakekat (substansi), sehingga menghasilkan manusia sebagai binatang yang
berakal budi. Berikut ini adalah pembagiannya:
substansi —> non-material (spiritual)
—> material —> mati (mineral)
—> hidup —> bukan hewan (non-sentient) / tumbuhan
—> hewan (sentient) —> tidak berakal budi
—> berakal budi (manusia)
Dari penjabaran di atas, maka kita dapat melihat bahwa manusia adalah
termasuk dalam kategori material (karena mempunyai tubuh) yang hidup
dan termasuk dalam kategori sentient (hewan) yang berakal budi, yang
merupakan satu spesies, yang lengkap dan tidak dapat dibagi lagi. Kita
tidak perlu untuk merasa tersinggung dengan pembagian ini, yang
seolah-olah manusia disejajarkan dengan binatang. Pada saat Alkitab
mengatakan bahwa kita diciptakan menurut gambaran Allah (lih. Kej 1:26),
maka ini mengacu kepada akal budi yang dipunyai oleh manusia. Oleh
karena itu, orang yang tidak menggunakan akal budi sebagaimana mestinya,
maka orang tersebut berlaku sebagaimana layaknya hewan. Orang yang
menggunakan seksualitas hanya berdasarkan nafsu semata tanpa adanya
kasih, merendahkan dirinya sendiri pada tingkat hewan. Orang yang
serakah, yang tidak mau mengingat dan membagi pada sesama yang
membutuhkan menjadi tidak berbeda dengan hewan. Orang yang hanya
memikirkan kesenangan lahiriah belaka, tanpa memikirkan sesuatu yang
bersifat spiritual, tidak mempunyai perbedaan dengan hewan yang tidak
mempunyai rasio atau akal budi.
Rasionalitas inilah yang membedakan manusia dengan binatang, karena
dengan rasionalitasnya, manusia mempunyai kemampuan 1) untuk membentuk
konsep yang universal, 2) untuk membuat pertimbangan dengan
menggabungkan (atau membagi) konsep, dan 3) menggabungkan beberapa
pertimbangan dalam suatu logika yang berhubungan satu sama lain atau
silogisme (syllogism), sehingga dapat menghasilkan pertimbangan
yang baru, yang dinamakan kesimpulan. Kita melihat bagaimana anak kecil
yang dapat mengatakan beberapa boneka yang menyerupai anjinf sebagai
boneka anjing, walaupun bentuk, warna, besar dabi mainan tersebut
berbeda, karena dia dapat menangkap esensi atau universality dari
sesuatu, dalam hal ini, anjing. Kita juga melihat bahwa orang
berkecimpung di dalam dunia bisnis dapat menganalisa, membuat sintesis
dari beberapa kenyataan, sehingga dapat mengambil kesimpulan dengan
baik. Dan kemampuan silogisme dari manusia ditunjukkan dalam setiap
proses berfikir setiap hari, seperti: 1) Semua pengajaran Gereja Katolik
adalah benar, 2) Baptisan penting untuk keselamatan adalah pengajaran
Gereja Katolik, 3) kesimpulannya adalah Baptisan penting untuk
keselamatan adalah benar. Hanya manusia yang mempunyai semua kemampuan
ini, dan tentu saja, kita dapat menambahkan malaikat dengan derajat yang
lebih sempurna dan Tuhan dalam derajat yang paling sempurna.
Tentang kodrat dari hidup
Kalau kita ingin membandingkan antara semua mahluk hidup: tumbuhan,
binatang dan manusia, maka kita harus mulai dari definisi kata “hidup“. Secara prinsip, hidup (life)
merupakan suatu kapasitas untuk dapat bergerak sendiri. St. Thomas
mengikuti jejak dari Aristoteles mengatakan bahwa segala sesuatu
dikatakan hidup karena mereka bergerak sendiri oleh semacam gerakan,[1]
dan gerakan ini adalah dari dalam diri sendiri dan bukan dari faktor
luar. Di dalam dunia materi, kehidupan ditandai oleh suatu gerakan dari
dalam, yang menghasilkan suatu pertumbuhan. Dan pergerakan ini
dimungkinkan karena adanya beberapa bagian atau organ yang saling
berhubungan, sehingga terjadi suatu gerakan maupun pertubuhan. Yang
perlu ditekankan di sini adalah pergerakan (movement) tidak hanya diartikan secara sempit – perpindahan dari satu tempat ke tempat yang lain – namun juga dalam arti luas, yaitu suatu operasi yang datang dari dalam.
Jadi dalam hal ini, sesuatu disebut hidup kalau mempunyai operasi yang
disebabkan oleh sesuatu dari dalam. Mainan tidak dapat disebut benda
hidup, karena pergerakannya dikarenakan faktor luar, seperti baterai.
Sebaliknya, tumbuhan adalah mahluk hidup karena dapat bertumbuh sendiri
karena suatu pergerakan dari dalam.
Prinsip dari operasi dalam kehidupan ini dimanifestasikan sebagai 1) nutrisi (nutrition), 2) pertumbuhan (growth), 3) reproduksi (reproduction), 4) daya gerak (locomotive), 5) pengetahuan rasional (rational knowlege), 6) keinginan (desire) yang disebabkan oleh pengetahuan perasa (sense knowledge / sense appetite) atau pengetahuan rasional (rational knowledge) . Prinsip dari semua pergerakan (dari dalam) dan semua manifestasi di atas disebut jiwa. Oleh karena itu, jiwa adalah prinsip utama dari hidup, dimana tanpa jiwa tidak ada kehidupan.
Tingkatan kehidupan berdasarkan pergerakan
Mari sekarang kita melihat tingkatan dari hidup. Kita melihat di
sekitar kita, bahwa ada suatu hirarki atau tingkatan kehidupan, dari
tumbuhan, binatang, manusia, malaikat. Masing-masing mempunyai tingkat
kesempurnaan, yang terletak pada derajat partisipasi dalam kesempurnaan
Allah. Tingkat kesempurnaan ini dibagi tiga, yang terdiri dari tumbuhan,
binatang dan binatang rasional, dan tentu saja ada malaikat dan Allah
sendiri.
Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa hidup ditandai oleh
pergerakan. Semakin pergerakan tersebut sempurna, maka tingkat hidup
mereka akan semakin sempurna. Tingkat yang paling bawah berdasarkan
kategori ini adalah tumbuhan. Mereka bergerak sendiri berdasarkan
operasi tumbuhan (vegetative operation), seperti: mengambil makanan (nutritive),
pertumbuhan, reproduksi. Namun, pergerakan mereka hanyalah mengikuti
apa yang telah diberikan Tuhan di dalam kodrat mereka sebagai tanaman.
Bunga mawar tidak dapat berlari untuk menghindari kucing yang akan
merusak keindahan bunganya.
Tingkat yang lebih tinggi dari tumbuhan adalah binatang, karena mereka mempunyai semua yang dimiliki tumbuhan ditambah dengan sense knowledge
atau mungkin dapat diterjemahkan sebagai pengetahuan perasa. Hal ini
memungkinkan binatang mempunyai kemampuan bergerak untuk mendapatkan
sesuatu yang baik maupun menghindari sesuatu yang buruk. Dengan
demikian, aktivitas yang dilakukan oleh mereka, seperti: makan, berburu,
lari, dll didasarkan pada pengetahuan yang didapatkan melalui operasi
dari sense knowledge, yang dilakukan bersama dengan insting (instinct). Semakin sempurna indera (sense)
dari binatang, maka semakin sempurna juga pergerakan mereka. Oleh
karena itu, kapasitas sense knowledge dari binatang senantiasa
berbarengan dengan kapasitas pergerakan, sehingga mereka mempunyai
kemampuan untuk mendapatkan yang baik dan menghindari yang jahat.
Oleh karena itu, pergerakan binatang lebih sempurna dibandingkan
dengan pergerakan tumbuhan, karena didasarkan oleh tindakan mereka untuk
merasakan sesuatu. Melalui sensasi, mereka mempunyai masukan yang
sesungguhnya yang dimanifestasikan dalam tindakan mereka. Mereka juga
mempunyai fungsi yang berhubungan dengan indera-indera, daya penggerak,
da juga pergerakan selera, sehingga mereka secara kodrat dapat
menginginkan, takut, menyenangi atau membenci obyek yang mereka rasakan.
Daya pergerakan (locomotive) dan pergerakan selera (appetite) dari binatang mengikuti pengetahuan perasa (sense knowledge)
mereka. Kita melihat bahwa kalau kucing didatangi majikannya yang
menyanyanginya dan senantiasa memberi dia makan, maka dia akan mendekat.
Sebaliknya, kalau dia didatangi oleh anjing, dia akan tahu bahwa ada
bahaya yang mendekat, sehingga dia lari atau berusaha untuk bertahan
kalau tidak mungkin lari. Dan hal-hal ini tidak dipunyai oleh tanaman.
Namun, pergerakan dari binatang hanyalah didasarkan dari insting
mereka, dan mereka tidak dapat menentukan tujuan akhir dari pergerakan
mereka.[2]. Walaupun laba-laba dapat membuat jaring yang indah, namun, dia tidak menentukan secara sadar dan memberikan pertimbangan
akan ukuran, besaran dari jaring-jaring tersebut dari awal, sehingga
mencapai suatu ukuran yang telah dipikirkan sebelumnya. Semua yang
dilakukannya bukanlah pada perencanaan berdasarkan suatu tujuan akhir,
namun hanya berdasarkan instingnya untuk membuat sarang dan mendapatkan
makanan.
Pada tingkat yang lebih tinggi dari binatang adalah binatang yang
berakal budi, atau manusia. Manusia mempunyai pergerakan yang lebih
sempurna dibandingkan dengan binatang, yang dimungkinkan karena manusia
mempunyai akal budi, sehingga manusia dapat mengatur dan menyusun cara tertentu untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Oleh karena itu, pergerakan yang dilakukan oleh manusia bukan berdasarkan pada insting seperti binatang, namun didasarkan pada suatu pertimbangan dan tindakan yang dipilihnya.[3]
Hanya manusia yang dapat melakukan diet dan dengan sadar menghindari
makanan tertentu, karena menginginkan turunnya berat badan. Hanya
manusia yang tetap memilih hidup di negara bersuhu minus 25 derajac C,
dengan cara membangun rumah yang mempunyai sistem pemanas yang baik,
beserta dengan infra struktur yang menunjang kehidupan. Dan hanya
manusia yang dapat menentukkan cara- cara hidup yang dipilihnya sehingga
dia dapat mencapai kebahagiaan.
Tingkatan kehidupan berdasarkan interioritas.
Setelah kita melihat tingkatan hidup berdasarkan pergerakan, maka
parameter kedua yang digunakan dalam menentukan tingkat hidup adalah
berdasarkan interioritas. Secara prinsip, prinsip ini mengajarkan bahwa
semakin tinggi tingkat kehidupan, maka efek dari pergerakan akan semakin
bersifat interior atau spiritual. Untuk mengerti hal ini, kita harus
membedakan antara tindakan yang bersifat transitive dan immanent. Tindakan transitive menghasilkan produk atau akibat di luar dari pelaku kegiatan tersebut, sedangkan tindakan immanent menghasilkan akibat yang bersifat interior. Contoh dari kegiatan transitive adalah
sebuah palu atau gergaji yang dapat menghasilkan akibat – memaku maupun
memotong -, dimana akibat tersebut tetap ada di luar dari palu
tersebut. Sebaliknya, contoh dari aktivitas imminent adalah
pengetahuan yang tetap ada di dalam diri kita ketika kita mengetahui
sesuatu. Kalau kita mengetahui konsep penambahan atau pengurangan di
dalam matematika, maka konsep tersebut tinggal di dalam pengertian kita,
yang berarti efeknya ada di dalam diri kita dan bukan di luar, seperti
contoh palu di atas.
Dalam hubungannya dengan tingkat hidup, maka kita melihat bahwa benda
mati tidak mungkin menghasilkan sesuatu di mana efeknya tetap tinggal
di dalam, sebaliknya benda hidup dapat menghasilkan efek di luar (transitive) maupun di dalam (immanent). Semakin tinggi tingkat kehidupan, maka semakin interior sesuatu yang dihasilkannya.
Tumbuhan dapat menghasilkan buah, yang dihasilkan dari pengambilan
makanan, pertumbuhan, dan reproduksi. Selama menjadi bagian dari
tumbuhan memang buah tersebut adalah interior. Namun buah ini tidak
sepenuhnya interior, karena pada waktunya masak, maka buah ini
memisahkan diri dan membentuk jenis yang sama, yang terpisah dari
induknya, atau dengan kata lain menjadikan dirinya di luar dari
induknya.
Di sisi lain, binatang mempunyai pengetahuan perasa (sense knowledge),
sehingga memungkinkannya untuk mempunyai indera. Dan apa yang
ditangkapnya dengan inderanya dapat disimpannya di dalam ingatannya.
Seekor kucing yang pernah melihat, mencium, mendengar anjing atau
binatang buas lainnya, akan berlari menjauh. Tidak menjadi masalah kalau
anjing tersebut mempunyai warna berbeda, namun kucing tersebut akan
tahu dan lari menjauhinya. Melalui inderanya, kucing dapat membayangkan
sesuatu yang lezat ketika dia mencium ikan asin. Namun, kekurangan dari
hal ini adalah binatang tidak dapat merefleksikan bahwa dia tahu kalau dia tahu sesuatu.
Sebaliknya, manusia mampu menghasilkan buah yang sepenuhnya bersifat
interior dan spiritual. Apa yang dimengerti oleh manusia disimpan di
dalam memori, dan lebih lagi pengertian dan keinginannya mempunyai
kapasitas untuk memberikan refleksi dan pertimbangan terhadap dirinya
sendiri. Sebagai contoh, manusia dapat menyadari bahwa dirinya tahu akan
sesuatu. Pada saat kita mendalami konsep penambahan maupun pengurangan,
maka kita tahu bahwa kita tahu, sehingga kalau ada yang bertanya kita
tahu sebelumnya bahwa kita akan dapat menjawabnya. Kapasitas untuk
merefleksikan operasi yang ada di dalam dirinya sendiri memungkinkan
manusia mempunyai kehidupan interior. Hanya manusia yang mempunyai
perasaan menyesal setelah dia melakukan kesalahan, menyesal karena tidak
melakukan perbuatan yang baik, atau berterima kasih atas karunia
pengetahuan yang dimilikinya, dll.
Kesimpulan
Dari pemaparan di atas, maka kita dapat menyimpulkan ada perbedaan
tingkatan antara tumbuhan, binatang dan manusia. Perbedaan tingkat
kehidupan ini didasarkan pada tingkat pergerakan dan interioritas.
Dengan dua parameter tersebut, kita tahu bahwa tumbuhan ada pada
tingkat yang paling bawah karena mereka mempunyai keterbatasan
pergerakan (penyerapan makanan, pertumbuhan, dan reproduksi) dan
keterbatasan interioritas yang menghasilkan buah yang akibat/efeknya
tidak sepenuhnya berada di dalam (immanent). Binatang mempunyai
tingkat pergerakan yang lebih baik dibandingkan dengan tanaman, karena
binatang mempunyai semua yang dipunyai oleh tanaman ditambah dengan
pengetahuan perasa (sense knowledge), yang memungkinkan
binatang mempunyai insting untuk menghindari yang buruk dan mendapatkan
yang baik. Hal ini ditambahkan dengan kemampuan binatang untuk dapat
merasakan sehingga dapat mengingat sesuatu yang disimpannya di dalam
ingatannya, atau menghasilkan efek yang tetap tinggal di dalam (immanent), walaupun tidak dapat merefleksikannya.
Hanya manusia yang benar-benar mempunyai tingkat pergerakan yang
paling baik, karena pergerakannya disertai dengan pertimbangan. Dan
hanya manusia yang benar-benar mempunyai buah atau efek yang tetap
tinggap di dalam (immanent) dan pada saat yang bersamaan dapat
merefleksikan apa yang dia tahu dan apa yang diinginkannya. Kemampuan
ini dimungkinkan karena manusia mempunyai akal budi, yang memungkinkan
manusia mempunyai kehidupan spiritual. Dan hal ini hanya mungkin, karena
Tuhan sendiri yang memberikan kemampuan ini kepada manusia, dengan cara
memberikan jiwa yang kekal dan bersifat spiritual, yaitu ketika Tuhan
menghebuskan nafas-Nya kepada setiap manusia yang ada di dunia ini (lih.
Kej 2:7), sehingga manusia menjadi gambaran Allah.
Mari kita bersama-sama mensyukuri rahmat akal budi dan kehendak bebas
yang diberikan oleh Tuhan sendiri. Kristus sendiri telah memberikan
teladan bagaimana menjadi manusia yang utuh, yang berbeda dengan tanaman
dan hewan, yaitu dengan melakukan segala sesuatunya dengan pertimbangan
akal budi dan kehendak bebas-Nya dan dengan senantiasa mengikuti
kehendak Bapa (lih. Mk 14:36). Kristus juga telah memberikan kekuatan
kepada manusia untuk dapat menjalankan semua perintah-Nya, dengan
mengirimkan Roh Kudus-Nya, yang telah kita terima pada saat kita
menerima Sakramen Baptis. Mari kita yang telah menerima Sakramen Baptis,
yang telah menjadi anak-anak Allah, untuk benar-benar berfikir,
berkata-kata, dan bertindak sebagaimana layaknya anak-anak Allah, yang
derajatnya jauh lebih tinggi daripada tumbuhan dan binatang.
CATATAN KAKI:
Posting Komentar
"...Sobat berikanlah tanggapanmu atas tulisan di atas..."