Honaratus
Pigai***
Pernyataan Yang sering terdengar di depan publik bahwa, keamanan dan perlindungan Hak Azasi Manusia (HAM) di Papua harus diperhatian serius oleh pemerintahan negara maupun daerah. Namun sampai hari ini keamanan dan perlindungan HAM ini hanya sebatas omongan saja dan tidak sesuai dengan kenyataan yang terjadi.
Apakah pemerintah negara dan
daerah tidak tahu, pura-pura tidak tahu, atau memang tidak tahu bahwa banyak
kasus di mana jaminan keamanan dan perlindungan HAM terhadap mayarakat kecil
tidak di peroleh. Rakyat sampai hari ini tidak memperoleh keamanan dan
perlindungan HAM yang serius. Mereka banyak mengalami korban keamanan dan
pelanggaran HAM.
Akhir-akhir ini di Papua
Kabupaten Lani Jaya dan Manakwari misalnya, rakyat sipil yang sebenarnya harus
mendapatkan perlindungan, menjadi korban Militerisme. Militer dengan tugas
keamanan dan menjaga keutuhan negara tidak menjamin tugas yang seharusnya
mereka jalani. Malah tugas itu hanya
sebatas teori belaka. Masyarakat mengalami korban militerisme. Akibatnya
masyarakat sudah tidak percaya lagi atas kehadiran militer dalam jumlah yang
banyak. Rakyat merasa hidup tidak aman dan damai jika militer ada di daerah
mereka. Walaupun memang di sisi tertentu mereka datang untuk keamanan, tetapi
kehadiran mereka itu tidak menjamin adanya keamanan yang dimaksud. Apalagi
pelaku pengacau dan ketidakamanan selalu di labeli dengan nama Orang Tak
Kenal-Dikenal (OTK). Sebenarnya siapa siapa pelaku itu…? apakah rakyat sipil?
Apakah militer? Apakah OPM?.
Label OTK dengan
pertanyaan-pertanyaan itu, biasa dijawab secara subjektif dan tidak objektif.
Yang salah selalu dialamatkan kepada Orang asli Papua secara umum dan secara
khusus kepada Organisasi Papua Merdeka (OPM). Tetapi akapah benar jawan ini.
Masih dalam tanda tanya besar. Rupanya pertanyaan ini belum dijawab secara
jujur dan benar. Sepertinya terlihat ada fakta terselubung yang sedang
tersimpan rapi. Fakta terselubung inilah yang harus dibongkar jika mau
menerapkan keamanan. Selama tidak membuka tabir fakta yang tersembunyi, jangan
bermimpi bahwa dengan adanya Militer dalam jumlah yang banyak di Papua bisa
menyelesaikan konflik Papua. Militer sudah tidak mapan lagi melaksanakan tugas
di Papua. Maka selama militer masih beroperasi di Papua jangan bermimpi
keamanan dan jaminan akan perlindungan HAM terjawab. Yang tertinggak jaminan
itu hanya omongan belaka.
Pemerintah negara dan daerah
berulang-ulang menyampaikan jaminan keamanan dan perlindungan HAM perlu di
perhatikan. Tetapi sayangnya pemerintah tidak meninaklanjuti secara serius akar
persoalan yang sebenarnya.0Pemerintah sangat percaya kepeda pihak pengaman
(militer) ketimbang rakyat kecil. Pemerintah setidak-tidaknya harus melakukan
perbaikan serius terhadap penanganan masalah yang ada di Papua. Karena dengan
penerjunan militer dan atau aparat bersenjata sudah tidak lagi menebarkan aksi
keamanan di bumi cenderawasih.
Selayaknya militer dituntut berperilaku yang benar
sebagai penegak hukum dan tidak menjadikan kekerasan sebagai senjatanya. Sejak
adanya militer di republic ini ditekankan kepada institusi militer bahwa harus selalu dan tetap
dituntut bisa memelihara rasa aman dan ketenteraman dalam masyarakat. Tuntutan
itu sebetulnya universal dan jaminan keamanan dan ketenteraman merupakan fungsi
negara terhadap rakyatnya. Tetapi permasalahan yang dihadapi militer adalah
timbulnya sikap kurang peduli terhadap kemanusiaan dan penegakkan hukum yang
manusiawi.
Militer telah gagal dalam menegakkan keamanan, ketertiban masyarakat dan
menjamin penekakan hukum kemanusiaan dalam kehidupan rakyat Papua. Puncak kegagalannya nampak dalam diri militer
sendiri, bahwa dengan pengalihan tanggungjawab keamanan dari polisi kepada
militer.
Puncak kegagalan
terhadap kubu militer ini, mengakibatkan banyak rakyat Papua mengalami
penindasan, teror, intimidasi dan bahkan pembunuhan secara sewenang-wenangan.
Tapi anehnya mereka yang menebarkan tindakan seperti demikian terhadap rakyat
Papua tidak diadili secara hukum pidana. Malah mereka mendapat penghargaan
dengan diberinya kenaikan pangkat. Aneh tapi nyata situasi negara demokrasi
ini. Maka kalau mau menciptakan kedamaian di Papua, pemerintah negara dan
petinggi-petinggi militer harus menarik kembali seluruh militer, baik polisi
dan TNI yang ada di Papua. Karena sudah tidak jamannya lagi militer datang
untuk menegakkan keamanan di Papua.
***Mahasiswa STFT “Fajar Timur” Abepura - Papua
Posting Komentar
"...Sobat berikanlah tanggapanmu atas tulisan di atas..."