(Respon
RI atas Penembakan TNI di Puncak Jaya Papua)
Oleh:
Selpius A. Bobii
Saudara-saudara,
Kedaulatan negara harus dijaga. Keutuhan teritorial harus dipertahankan.
Demikian juga situasi sosial dan keamanan perlu dijaga untuk melindungi rakyat
kita dan hukum harus ditegakkan...., demikian kutipan pengantar SBY pada rapat
terbatas Kabinet di Kantor Presiden RI pada tanggal 22/02/2013 menyikapi
penembakan TNI di Tingginambut dan Sinak(Sumber:www.presidenri.go.id/index.php/pidato/2013/02/22/2072.html).
Penegasan
SBY di atas menunjukkan komitmen SBY sebagai kepala negara dan pemerintahan
Indonesia untuk mempertahan Papua dalam bingkai NKRI. Pertemuan itu digelar
untuk menyikapi kontak senjata antara TNI dan OPM TPN PB yang mengakibatkan 8
TNI tewas, 1 TNI luka tembak, 2 TPN PB luka tembak kritis dan 3 warga sipil
tewas serta 1 orang kritis. Dalam
tulisan ini, ada beberapa hal saya bahas yaitu pertama: bagaimana kronologis
kejadian kontak senjata itu? Kedua, bagaimana respon pemerintah Indonesia atas
penembakan TNI? Ketiga, Apa respon balik oleh TPN PB? Keempat, Bagaimana langkah
penyelesaian konflik yang berkepanjangan di Tanah Papua?
I.
KRONOLOGIS KEJADIAN.
Berikut
ini kronologis menurut versi Pemerintah Indonesia: pada tanggal 21/02/2013 WIT
penyerangan Pos Satuan Tugas (Satgas) TNI di Distrik Tingginambut Kabupaten
Puncak Jaya oleh kelompok bersenjata mengakibatkan 1 TNI tewas, pratu Wahyu Bowo
dan Lettu Inf Reza (Danpos) luka tembak pada lengan kiri. Menko Polhukam, Djoko
Susanto mengatakan bahwa menurut intelijen diindikasikan dari kelompok
bersenjata pimpinan Goliat Tabuni. Dan pada jam 10.30 WIT terjadi penghadangan
dan penyerangan oleh kelompok bersenjata di Kampung Tanggulimik, Distrik Sinak
Kabupaten Puncak. Kejadian itu mengakibatkan 7 TNI tewas yakni: Serthu Ramadhan,
Sertu M. Udin, Sertu Frans, Sertu Edi, Praka Jojon, Praka Wemprik, dan Pratu
Mustofa. Menko Polhukam mengatakan bahwa menurut intelijen kasus di Sinak itu
diindikasikan oleh kelompok pimpinan Murib.
II.
RESPON RI
Berikut
ini langkah-langkah Pemerintahan SBY untuk menyikapi kontak senjata di Papua,
yakni: Kecaman Melalui Sikap dan
Realisasi Dalam Tindakan Nyata.
1.
KECAMAN RI MELALUI SIKAP.
Pasca
kejadian itu banyak pihak mengecam penembakan itu. Panglima TNI Laksamana Agus
Suhartono mengecam penembakan itu dan para pelaku akan ditindak tegas. Berikut
ini kutipan kecamannya: Kita kejar dan lakukan penegakkan hukum maupun operasi
militer jika diperlukan untuk kegiatan pengejaran. Operasi pengejaran dilakukan
dengan dibantu pihak kepolisian Papua, tegasnya, Kamis 21/02/2013; (sumber:
www.lintas-patroli.com/headline/7627-8-anggota-tni-tewas-di-papua-ancam-operasi-militer.html).
Di
tempat terpisah, Menko Polhukam Djoko Susanto juga menggelar siaran pers
menyikapi penembakan itu. Dalam siaran persnya ada tiga hal yang disampaikan:
pertama, ia mengecam penembakan itu. Ia menyatakan penembakan itu dilakukan oleh
TPN OPM Pimpinan Goliat Tabuni. Kedua, dalam siaran pers itu tak lupa
menyampaikan bela sungkawa yang mendalam kepada para keluarga korban. Ketiga,
mengintruksikan kepada jajaran aparat keamanan, baik Kodam XVII Cendrawasih,
Polda Papua dan aparat Intelijen agar melakukan langkah-langkah penindakan, baik
itu upaya pengejaran dan penangkapan untuk mengungkap pelaku dan motif
penyerangan, serta menyeret pelaku untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya di
muka hukum sesuai perbuatan yang mereka lakukan. Demikian ketegasan Menko
Polhukam.
Peristiwa
penembakan itu mengusik juga Kantor Kepresiden Indonesia. Untuk membahas situasi
Papua, presiden RI (SBY) menggelar Rapat Kabinet terbatas bidang Polhukam. Rapat
itu digelar mulai jam 14.20 WIB pada tanggal 22 /02/2013 di kantor presiden di
Jakarta. Berikut ini kutipan singkat pengantar SBY dalam pertemuan itu:
Saudara-saudara ... Kedaulatan negara harus dijaga. Keutuhan teritorial harus
dipertahankan. Demikian juga situasi sosial dan keamanan perlu dijaga untuk
melindungi rakyat kita dan hukum harus ditegakkan.... Tentu tidak mungkin
dibiarkan gangguan keamanan seperti yang terjadi selama ini, termasuk kejadian
kemarin di mana 8 TNI gugur.... Saya sudah menginstruksikan. Indonesia perlu
tahu dan dunia perlu tahu bahwa prajurit TNI dan POLRI di Papua menjalankan
tugas, tugas negara: menjaga kedaulatan, mempertahankan keutuhan wilayah,
sekaligus menjaga keamanan dan memproteksi rakyat kita.... Negara harus
mengambil langkah cepat dan tepat", demikian kutipan pengantar SBY dalam pertemuan
itu.
Seusai
pertemuan dengan presiden SBY, Menko Polhukam menggelar siaran pers. Ia
mengatakan telah menggelar pertemuan dengan presiden SBY untuk menyikapi
penyerangan oleh kelompok bersenjata dan penembakan Helicopter di Papua,
presiden meminta ditangani secara tegas, tertib dan
terukur,
2.
PERINTAH SBY DI TINDAK LANJUTI.
Untuk
menindaklanjuti pertemuan dengan SBY dalam rapat kabinet terbatas, Kemenko
Polhukam menggelar pertemuan-pertemuan; antara lain: Pertama, pada tanggal 25 Februari 2013
mengadakan rapat internal di Menkopolkam yang dipimpim oleh Sesmenko Polhukam
yang dihadiri oleh eselon I dan II . Dalam pertemuan itu membahas rencana
program kerja ke depan dan kendala-kendala yang dihadapi oleh kemenko
polhukam. Kedua, sebagai
lanjutannya, pada tanggal 28/02/2013 Sesmenko Polhukam menyelenggarakan Rapat
terkait Rencana Aksi Terpadu Nasional Penanganan Gangguan Keamanan Dalam Negeri
tahun 2013 sebagai tindak lanjut Intruksi Presiden nomor: 02 Tahun 2013 tentang
Penanganan Gangguan Keamanan Dalam Negeri tahun 2013, yang selanjutnya ditindak
lanjuti dalam Keputusan Mentri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan
nomor 12 tahun 2013 tentang Pembentukan Tim Terpadu Penanganan Gangguan Keamanan
Dalam Negeri tahun 2013. Sesmenko Polhukam, Letnan Jenderal Langgeng Sulistiyono
mengumpulkan semua pejabat daerah dari unsur Pemda, TNI, POLRI, dan Kejaksaan
Tinggi (KEJATI).
Dalam
pertemuan itu ada tiga hal penting dibahas yakni: 1). Penyusunan rencana aksi
tingkat daerah; 2). Sistem pelaporan rencana aksi; 3). Penentuan Penanganan
Kasus Konflik oleh Tim terpadu tingkat pusat, Tingkat Propinsi dan tingkat
Kabupaten/kota. Turut hadir dalam pertemuan itu para anggota Tim Terpadu Tingkat
Pusat sebagai pendamping Sesmenko Polhukam antara lain: Asops Panglima TNI,
Asops KAPOLRI, Deputi III UKP 4, beberapa deputi dan para pejabat di Kemenko
Polhukam.
SERANGAN
BALIK OLEH TNI DAN POLRI.
Untuk
menyikapi penembakan di Tingginambut Kabupaten Puncak Jaya, pada tanggal
28/02/2013 gabungan TNI dan POLRI melakukan penyerangan ke kawasan Markas
Jenderal Gen Goliat Tabuni. Menurut TPN OPM yang dilansir di www.melanesia.com
bahwa gabungan TNI dan Polri itu dipukul mundur setelah terjadi kontak senjata
dengan TPN PB sampai di seberang kali Brime. Tidak menerima dipukul mundur,
aparat polisi dan militer Indonesia melampiaskan emosi dengan menembak babi dan
membakar rumah-rumah warga sipil di Kampung Brime, Distrik Tingginambut dengan
sewenang-wenang.
PENDROPAN
PASUKAN DI PANIAI.
Untuk
menghadapi TPN PB di Papua atas perintah presiden SBY, kini mendatangkan pasukan
TNI- POLRI lengkap dengan peralatan perang. Seperti pendropan pasukan gabungan
TNI dan POLRI di Paniai pada Minggu 03 Maret 2013. Pasukan tiba dengan 7 buah
mobil inova lewat jalan darat. Dan sebuah Helikopter berwarna putih kuning milik
perusahaan illegal Degeuwo, Paniai pada siang hari jam 13.00 WPB mendrop pasukan
dan logistik perang dua kali. Penerbangan helikopter pertama di bandar udara
Enarotali ibu kota kabupaten Paniai; dan penerbangan kedua mendrop pasukan
lengkap dengan peralatan perang di Obano, Distrik Paniai Barat Kabupaten Paniai.
Pendropan pasukan ini mendatangkan keresahan bagi warga sipil di Kabupaten
Paniai karena dampaknya dialami oleh warga sipil setempat.
Pengiriman
pasukan Indonesia lengkap dengan peralatan perang sudah menunjukkan kesiapan
polisi dan militer Indonesia untuk menumpas TPN OPM yang beraktifitas di wilayah
itu di bawah pimpinan Panglima John Yogi. Dan menurut informasi dari warga sipil
setempat di Paniai bahwa aparat polisi dan militer Indonesia sedang siaga satu
dan sedang mengepung Markas TPN OPM Pimpinan John Yogi. Komentar John Yogi yang dirilis di edudanews
bahwa dirinya bersama pasukan TPN PB siap menghadapi penyerangan pasukan TNI dan
Polisi apa pun resiko sampai kedaulatan bangsa Papua diakui oleh negara
Indonesia dan negara-negara di dunia. Pimpinan TPN, John Yogi mengatakan tidak
akan pernah menyerah dan tidak akan pernah mundur, serta berkomitmen untuk terus
berjuang sampai Negara Indonesia angkat kaki dari Tanah Papua.
Sementara
itu pasukan batalion 753 dari Kabupaten Nabire sudah memasang tenda-tenda
darurat di sepanjang jalan trans Nabire - Paniai. TNI melakukan pemeriksaan
ketat. TNI membuka pakaian setiap penumpang yang melintasi jalan trans Nabire -
Paniai, termasuk setiap wanita untuk diperiksa ketat. Tindakan TNI itu sangat
meresahkan para warga sipil pengguna jalan trans Nabire-Paniai itu.
PENGIRIMAN
PASUKAN RI MODUS TERBARU.
Menurut
pantauan masyarakat di Tanah Papua bahwa sedang terjadi pengiriman pasukan dari
luar Papua melalui Kapal Putih (Kapal Penumpang) dan juga melalui pesawat
terbang umum. Seperti terjadi pada awal bulan Maret 2013 di Pelabuhan Laut
Jayapura. Distribusi aparat polisi dan militer di daerah-daerah diseluruh tanah
Papua pun menggunakan modus penyamaran seperti warga sipil. Aparat polisi dan
militer itu tidak memakai seragam kesatuan, tetapi memakai pakaian biasa,
seolah-olah mereka adalah warga sipil. Modus ini dilakukan Negara Indonesia
untuk mengelabui publik.
Menko
Polhukam dan jajaran petinggi TNI dan POLRI dalam berbagai kesempatan mengatakan
bahwa tidak ada penambahan pasukan dan tidak menaikan status operasi militer di
Papua pasca penembakan TNI; tetapi kenyataannya sedang mendrop pasukan polisi
dan militer Indonesia melalui kapal penumpang dan pesawat umum dengan modus
penyamaran seperti warga sipil biasa. Ini berarti petinggi TNI dan POLRI telah
melakukan kebohongan publik. Pengiriman pasukan Polisi dan TNI dalam jumlah
besar ini adalah bukti bahwa perintah presiden Indonesia (SBY) dalam rapat
terbatas kabinet bidang Menko Polhukam untuk menindak tegas separatis Papua
secara cepat dan terukur sudah mulai dilaksanakan.
III.
RESPON BALIK OLEH TPN OPM.
Perjuangan
kami sudah lama dan jangan main-main, komentar panglima Gen Goliat Tabuni via
telpon yang diwawancara Suara Pembaruan Sabtu,
02/03/2013
(www.malanesia.com/2013/03/pemerintah-jangan-anggap-enteng-tpn-opm.html?m=1).
Komentar Gen Goliat itu menyatakan kepada Negara Indonesia dan dunia bahwa TPN
OPM sebagai sayap militer sudah lama berjuang untuk mengembalikan kemerdekaan
kedaulatan bangsa Papua yang telah dianeksasi ke dalam
NKRI.
Pernyataan
di atas dikeluarkan pasca penembakan TNI di Tingginambut Kabupaten Puncak Jaya
dan Sinak Kabupaten Puncak. Dengan adanya pernyataan itu, Gen Goliat menyatakan
bahwa penembakan terhadap anggota TNI adalah dibawah komandonya. Dengan demikian
tudingan aparat Indonesia bahwa serangan itu dilakukan oleh kelompok sipil
bersenjata adalah suatu upaya kriminalisasi terhadap aksi politik yang dilakukan
oleh sayap militer OPM TPN PB. Pengakuan secara resmi oleh Gen Goliat dapat
kunjungi di (www.wpnla.net/tpn-opm-tembak-13-tni-kemarin-di-sinak-dua-anggota-tni-di-tingginambut-puncakjaya-papua.html).
Motif
penembakan TNI di Tingginambut dan Sinak oleh TPN OPM adalah menolak pendudukan
RI di Tanah Papua dan meminta mengakui kemerdekaan kedaulatan bangsa Papua.
Berikut ini kutipan komentar sekjen TPN PB, Anton Ebet Tabuni: Kami ingin
Indonesia mengakui kedaulatan kami. Perjuangan ini sudah berlangsung lama dan
murni di bawah pimpinan jenderal Gen Goliat Tabuni. Kami tahu dunia
internasional memperhatikan Papua, demikian komentarnya; (Sumber:
www.malanesia.com/2013/03/pemerintah-jangan-anggap-enteng-tpn-opm.html?m=1).
Dengan
adanya pengakuan TPN OPM pimpinan jenderal Gen Goliat, maka dugaan Kapolda Papua
yang dimuat di media Rakyat Merdeka online, Senin 25/02/2013 bahwa penembakan
itu terkait Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Puncak itu TIDAK BENAR; yang benar
adalah terkait perjuangan Papua merdeka. TPN PB juga mengklarifikasi pernyataan
Pangdam XVII Cenderwasih tentang 4 warga sipil tukang bangunan yang ditembak
oleh TPN PB. Menurut seorang TPN PB yang diwawancarai WPLNA.net (yang dilansir
di www.malanesia.com/2013/03/4-orang-tukang-bangunan-yg-mati.html?m=1)
menyatakan bahwa keempat orang itu Kopasus yang menyamar menjadi tukang
bangunan. Buktinya dikediaman mereka didapati senjata jenis M 16 sebanyak 13
pucuk dalam satu peti yang terkunci mati, karena itu TPN PB mengatakan Pangdam
XVII Cenderawasih telah melakukan kebohongan publik. (Sumber: www.malanesia.com/2013/03/4-orang-tukang-bangunan-yg-mati.html?m=1).
TPN
PB juga mengatakan bahwa selama ini tidak pernah menembak masyarakat sipil
karena mereka tahu aturan perang, TPN PB menembak orang berdasarkan data
intelijen OPM TPN PB. Katanya sasaran TPN PB adalah TNI dan POLRI. TPN PB
mengatakan bahwa tidak sama seperti TNI dan POLRI Indonesia yang selama ini
melakukan penembakan membabi buta terhadap warga sipil Papua yang tidak
bersalah, seperti penembakan terhadap ibu Pdt Fredrika Metalmeti di Boven Digul
oleh anggota TNI dan warga sipil korban penyiksaan Kire Telenggen pada tanggal
30 Mei 2010 oleh TNI dari Batalion 753 Nabire yang ditempatkan di Pos Nalime di
Kabupaten Puncak Jaya. TPN PB juga menyatakan bahwa TNI dan POLRI tidak tahu
aturan perang karena menembak warga sipil Papua dengan sewenang-wenang.
(Sumber: www.malanesia.com/2013/03/4-orang-tukang-bangunan-yg-mati.html?m=1).
V.
APA YANG DAPAT DITEMPUH UNTUK MENGAKHIRI KONFLIK YANG BERKEPANJANGAN DI TANAH
PAPUA?
Kekerasan
dibalas dengan kekerasan tidak akan pernah menyelesaikan masalah. Justru
kekerasan itu melahirkan kekerasan baru. Berbagai konflik di Tanah Papua,
khususnya konflik politik terkait distorsi sejarah bangsa Papua telah melahirkan
pelanggaran HAM dan kejahatan kemanusiaan kepada orang asli Papua, yakni
diskriminasi, marginalisasi, orang asli Papua menjadi minoritas, ketidak-adilan,
pembantaian dan akhirnya terjadi pemusnahan etnis Papua secara pelan tetapi
pasti (slow motion genocide).
Konflik
politik antara bangsa Papua dan Negara Indonesia yang telah menelan korban
manusia dan materi yang sangat banyak ini telah mengabaikan nilai-nilai luhur
yang dijunjung tinggi oleh umat manusia di dunia dan melanggar konstitusi
Indonesia serta Hukum Internasional.
RI
mempertahankan Papua dalam bingkai NKRI dan sementara Bangsa Papua berjuang
untuk meminta hak kedaulatan yang telah dianeksasi ke dalam NKRI itu
dikembalikan dan diakui. Untuk mengakhiri konflik dibutuhkan kebesaran jiwa dan
perlu adanya keterbukaan hati dari kedua belah pihak. Bangsa dan negara Papua
sudah siap berunding dengan RI. Sebagai dua bangsa dan dua negara yang setara,
baiklah melakukan perundingan untuk saling mengakui posisi masing-masing dan
membicarakan kerja sama bilateral antara bangsa Indonesia dan bangsa Papua.
Karena apa pun upaya RI untuk mempertahankan Papua Barat dalam bingkai NKRI akan
terus gagal; dan cepat atau lambat bangsa Papua akan berdaulat penuh.
Dalam
tulisan artikel ku tertanggal 25/02/2013 dengan judul: Politik Stigmatisasi Pada
Perjuangan Rakyat Pribumi, saya menampilkan berbagai upaya RI untuk meredam
perjuangan bangsa Papua, tetapi apa pun upaya akan gagal total, (artikel
lengkapnya silahkan Anda kunjungi www.malanesia.com/2013/02/politik-stigmatisasi-pada perjuangan.html?utm_source=feedburner&utm_medium=feed&utm_campaign=Feed:+malanesia/HMnf+(MALANESIA-POS)&m=1).
Karena itu pilihannya kembali kepada RI, apakah Negara Indonesia mau angkat kaki
dari tanah Papua dengan kepala terangkat, ataukah dengan kepala tertunduk
malu?
Abepura,
6 Maret 2013
Penulis:
Selpius A. Bobii, (Ketua Umum Front Persatuan Perjuangan Rakyat Papua Barat,
Juga Tahanan Politik Papua Barat di Penjara Abepura - Papua Barat).
Posting Komentar
"...Sobat berikanlah tanggapanmu atas tulisan di atas..."