Mengapa Dunia Abaikan Papua?

Selpius Bobii/doc.

Oleh: Selpius Bobii
*) Koordinator Jaringan Doa Rekonsiliasi untuk Pemulihan Papua (JDRP2)
 
Bangsa Papua telah lama menaruh harapan kepada bangsa bangsa lain untuk bebas dari penjajahan lebih khusus kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Mata hati pikiran kebanyakan orang Papua terarah kepada bangsa-bangsa lain di dunia karena berpikir bahwa penentu kemerdekaan bangsa Papua itu ada di bangsa bangsa lain, khususnya ada di tangan PBB. 
 
Memang secara formal, sebuah kemerdekaan suatu bangsa akan mendapat tempat di forum-forum di dunia, khususnya di PBB apabila kemerdekaan suatu bangsa itu diakui oleh bangsa-bangsa merdeka di dunia. Hal ini mengingat pentingnya membangun Kerjasama bilateral dan multilateral dalam kerangka mewujudkan damai sejahtera di bumi. 
 
Ada beberapa bangsa di dunia yang belum diakui kemerdekaannya oleh PBB, antara lain: Ossetia Selatan, Cyprus Utara, Palestina, Taiwan, Nagorno Transnistria, Sahara Barat, Abkhazia, Kosovo, Artsakh, Pridnestrovian Moldavian, Somaliland, dan lain-lain.
 
Bangsa Papua sudah 60 tahun lebih berjuang untuk memulihkan kembali kemerdekaan bangsa Papua 1 Desember 1961. Selama ini segala cara ditempuh, namun hingga sampai kini bangsa Papua belum mewujudkan impiannya.
 
Dari sejak tahun 1960-an, banyak orang asli Papua sudah eksodus ke manca negara untuk berkampanye dan melobi dalam rangka pemulihan kembali kemerdekaan bangsa Papua. Para tokoh Papua telah berkampanye dan melobi dari negara yang satu ke negara yang lain. Tetapi hingga sampai hari ini bangsa Papua belum didukung oleh negara-negara di dunia, kecuali negara Vanuatu yang beberapa tahun terakhir ini konsisten mendukung perjuangan bangsa Papua, juga ada pula negara lain mulai ada dukungan, misalnya negara Fiji. 
 
Mengapa negara-negara di dunia ini mengabaikan bangsa Papua untuk pemulihan kembali kemerdekaan bangsa Papua? 
 
Berikut ini alasannya: Pertama, masing-masing negara di dunia terikat dengan Hukum Internasional, yaitu masingmasing negara di dunia menghormati kedaulatan wilayah negaranya. Kedua, kepentingan kerjasama bilateral atau multilateral jauh lebih penting daripada isu isu kemanusiaan atau isu isu sektoral lainnya. Apalagi negara Indonesia dipandang sebagai negara yang berpenduduk terbesar ketiga di dunia, maka di sisi pasar ekonomi sangat menjanjikan dan ketersediaan cadangan sumber daya alam (SDA) yang melimpah.
 
Memang bangsa-bangsa di dunia ini terikat juga dengan Deklarasi Umum HAM PBB dan tiga Kovenan Internasional tentang penentuan nasib sendiri bagi suatu bangsa, tetapi negara-negara di dunia ini lebih mementingkan kerjasama bilateral dan multilateral lebih khusus di bidang ekonomi, ketimbang isu-isu penentuan nasib sendiri.
 
Isu-isu seputar Papua dimanfaatkan oleh pihak-pihak lain, baik perorangan, kelompok ataupun negara tertentu di dunia untuk memenuhi keinginan atau kepentingan mereka. Negara Indonesia membendung berbagai sorotan atas masalah HAM dan politik Papua dari berbagai pihak itu dengan pendekatan “politik dagang sapi”.
 
Perjuangan bangsa Papua yang telah memakan waktu 60 tahun lebih itu bukan karena bangsa Papua tidak mampu meyakinkan bangsa-bangsa merdeka di dunia. Para tokoh Papua yang sudah lama berjuang di luar negeri ini orang-orang hebat yang memiliki kemampuan otak yang luar biasa.
 
Kita juga punya kekayaan alam Papua yang melimpah, tetapi hingga kini belum ada negara di dunia yang menyatakan dukungannya untuk kemerdekaan bangsa Papua. Justru kekayaan alam kita digadaikan oleh negara Indonesia kepada negara lain untuk mempertahankan Papua dalam bingkai NKRI.
 
Alasan paling mendasar hingga sampai hari ini bangsa Papua belum bebas berdaulat karena bangsa Papua belum memahami dan belum melaksanakan kehendak rencana Tuhan. Selama ini bangsa Papua berjuang dengan mengandalkan hikmat duniawi dan mengabaikan hikmat dari atas –dari Surga– dari Tuhan; kita sudah lama berjuang dengan mengandalkan kemampuan yang kita miliki atas dasar kehendak kita, dan mengabaikan kehendak Tuhan.
 
Yang harus kita lakukan sekarang adalah bangsa Papua terlebih dahulu menyenangkan hati Tuhan, yaitu memahami dan melaksanakan kehendak rencana Tuhan, dengan demikian pada waktunya Tuhan akan memulihkan bangsa Papua dari pulau Gag Sorong sampai Samarai PNG.
 
Tentang rencana kehendak Tuhan itu kami sudah buat buku berjudul: “Bergulat Menuju Tanah Suci Papua” yang sudah diluncurkan pada 1 Desember 2020 di Jayapura, sekaligus menyatakan “Deklarasi Pemulihan Bangsa Papua Lahir Baru di Dalam Tuhan” dengan mengumumkan berdirinya “Kerajaan Transisi Papua” atas perintah dan kehendak Tuhan; Dan buku kedua adalah: “Ya Tuhan! Dari Mana Papua Bertolak dan Ke Mana Papua Pergi? ‘Menakar Solusi Meraih Impian Papua” yang dalam bentuk PDF kami sudah luncurkan pada hari Selasa 5 September 2023.

Camkanlah bahwa dunia mengabaikan bangsa Papua, karena selama ini bangsa Papua juga mengabaikan Tuhan. Selama ini bangsa Papua mengarahkan pandangan ke berbagai penjuru dunia, tidak mengarahkan pandangan kita kepada Tuhan. Kita tidak memahami rencana Tuhan tentang masa depan bangsa Papua dan tidak melaksanakan apa yang dikehendaki oleh Tuhan. Inilah akar masalah di dalam diri bangsa Papua yang harus segera perhatikan, kerjakan dan tuntaskan.
 
Apa yang kita tabur selama ini, itulah yang kita tuai hari ini, yaitu Tuhan juga tidak menjawab kerinduan atau impian bangsa Papua karena arah pandang kita terarah kepada dunia. Kita juga tidak taat pada perintah Tuhan. Tetapi kita jangan putus asah karena Tuhan punya waktu yang indah untuk memulihkan Tanah Air dan Bangsa Papua dari pulau Gag Sorong sampai Samarai PNG.
 
Kita belum terlambat, sebelum Tuhan memulihkan bangsa Papua, kita diberi sedikit waktu oleh Tuhan untuk memulihkan diri yaitu bertobat dari dosa, berdamai dengan siapapun, dan bersatu di dalam rencana kehendak Tuhan, bukan bersatu di dalam rencana kehendak manusia yang penuh ambisi dan kepentingan sektoral. Seperti ada tertulis dalam Injil Matius 6:33 “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu”.
 
Perlu kita ketahui bahwa bangsa lain di dunia tidak mendukung kita dengan kesungguhan hati, karena bangsa Papua tidak dengan sungguh hati mengasihi Tuhan, karena bangsa Papua tidak melaksanakan kehendak Tuhan, karena bangsa Papua tidak taat pada perintah Tuhan, karena bangsa Papua tidak menjaga kekudusan dalam kebenaran Firman Tuhan. Hal ini penting karena kemerdekaan bangsa Papua adalah kemerdekaan untuk mempersiapkan jalan bagi Tuhan. Maka itu, janganlah kita salahkan pihak lain, jangan kita marah kepada bangsa lain yang tidak mendukung dan mengakui kemerdekaan bangsa Papua 1 Desember 1961 sebelum kita sendiri belum menyenangkan hati Tuhan, sebelum kita mencari dan menemukan wajah Tuhan.
 
Sebelum kita salahkan pihak lain, marilah kita koreksi diri terlebih dahulu. Kesalahan utama dan terutama kembali kepada kita bangsa Papua sendiri, yaitu bangsa Papua belum menyenangkan hati Tuhan, karena bangsa Papua belum melaksanakan kehendak Tuhan, belum taat pada perintah Tuhan. Marilah kita memulihkan diri agar Tuhan memulihkan bangsa Papua indah pada waktu-Nya.
 
Marilah kita bersatu mengawal jalan yang Tuhan sudah buka yang sedang dikawal oleh JDRP2. Hanya dengan mengikuti jalan yang Tuhan sudah buka ini, kita akan segera bebas merdeka memasuki Tanah Suci Papua indah pada waktu Tuhan.
 
Mazmur 121:1-2 (TB) “… Aku melayangkan mataku ke gunung-gunung; dari manakah akan datang pertolonganku? Pertolonganku ialah dari Tuhan, yang menjadikan langit dan bumi”.
 
Atas pertolongan Tuhan, Papua pasti bisa. (*)
 
Jayapura, Sabtu, 9 September 2023


Posting Komentar

"...Sobat berikanlah tanggapanmu atas tulisan di atas..."

Copyright © Muye Voice. Designed by OddThemes