Adakah di antara kita yang tidak pernah mengalami persoalan di dalam hidup ini? Tidak ada bukan? Setiap manusia yang hidup di dalam dunia ini, suka tidak suka, pasti suatu ketika harus diperhadapkan pada persoalan-persoalan kehidupan. Setiap persoalan kehidupan pasti membuahkan suatu perubahan. Ada perubahan yang negatif, dan ada juga yang positif. Pertanyaan untuk kita renungkan adalah: bagaimana dengan kita sebagai anak-anak Tuhan di dalam menghadapi persoalan kehidupan? Apakah kita akan berubah ke arah yang negatif atau positif? Kita akan bersama-sama belajar kepada Rasul Paulus.
Rasul Paulus mengatakan bahwa ia tetap berserah diri kepada Tuhan yang selalu memelihara dan menjaganya, walaupun saat itu keadaan fisik Rasul Paulus sudah sangat payah (ayat 16). Kita tentu tahu bahwa Paulus memiliki suatu penyakit yang tidak bisa disembuhkan, yang ia sebut duri dalam daging. Kita memang tidak mengetahui secara persis apa penyakit Paulus, tetapi ada beberapa penafsir yang mencoba menafsirkan penyakit Rasul Paulus adalah kanker. Kepasrahan diri yang begitu dalam dari Paulus tersebut dinyatakan dengan satu kalimat “kami tidak tawar hati”. Rasul Paulus memiliki kepasrahan yang begitu dalam kepada Tuhan karena ia betul-betul memperbarui manusia batiniahnya dari hari ke hari. Artinya, ia senantiasa mengasah mental, batin, dan imannya.
Dalam ayat 17, kita bisa melihat pola pikir Paulus berubah ke arah positif, yaitu menganggap penderitaannya sebagai penderitaan yang ringan, karena visinya jauh ke depan: menerima kemuliaan kekal, atau mahkota kehidupan. Pola pikirnya diubah dengan menganggap penderitaan yang ia alami jauh lebih ringan daripada “upah” yang nantinya akan ia terima, yaitu kemuliaan yang kekal. Dan pada akhirnya, dalam ayat 18, sikap dan pernyataan Paulus ditegaskan kembali bahwa, Paulus tidak memperhatikan yang kelihatan, atau tidak terfokus pada penderitaan yang ia alami di dunia ini, yang sifatnya fana, tetapi ia memperhatikan yang tidak kelihatan, yaitu kemuliaan surga yang kekal.
Sebagai anak-anak Tuhan tentu yang diharapkan dari kita adalah perubahan yang positif. Kita bisa bercermin kepada Paulus bahwa untuk menuju kepada perubahan yang positif, kita perlu mempunyai visi jauh ke depan, yaitu terus berpusat kepada Tuhan sendiri. Sebuah bejana saja baru dapat menjadi sebuah bejana yang indah, setelah ia mengalami proses yang cukup menyakitkan. Apalagi kita, tentu supaya hidup kita bisa menjadi indah, kita pun perlu melalui proses yang butuh perjuangan, bahkan mungkin penuh dengan penderitaan. —Pdt. David Nugrahaning Widi
Posting Komentar
"...Sobat berikanlah tanggapanmu atas tulisan di atas..."