KEJAHATAN MENURUT THOMAS AQUINAS



Oleh; HONNY PIGAI

Thomas Aquinas dalam karya besarnya “Summa Theologica” dikemukakan dalam bagian pertama, tentang 49 artikel 1-3, mengembangkan teodiseanya berdasarkan tiga pertanyaan kunci: 1) apakah yang baik dapat menjadi sumber kejahatan? 2) apakah yang Maha Baik (Tuhan) adalah sumber kejahatan? 3) apakah ada entitas mahajahat yang menjadi sebab utama segala kejahatan?

Teodiseanya Aquinas lebih-lebih mau mempertanyakan asal dari kejahatan. Kejahatan yang semakin melempar manusia dalam ketidakberdayaan. Dalam pengembangan teodiseanya berdasarkan tiga pertanyaan tadi, lebih-lebih mempertanyakan keberadaan Tuhan yang oleh orang kristiani menyebutnya sebagai Maha Baik, tetapi terutama adalah mengapa kejahatan harus ada di alam nyata.

Terkait dengan pertanyaan pertama, Thomas Aquinas mengurutkan pokok argumentasinya seperti berikut; jika terdapat dua prinsip yang saling bertolak belakang, maka yang satu tidak dapat diasalkan dari yang lain. Yang baik dan yang jahat adalah dua hal yang saling bertentangan. Konsekwensinya, kejahatan tidak dapat berasal dari kebaikan. Juga kebaikan tidak berasal dari kejahatan. Meskipun demikian bagi Aquinas sesuatu tidak dapat terjadi tanpa didahului oleh sebab. Kejahatan ada pastilah muncul dari suatu sebab, yang menggerakkannya. Pertanyaannya adalah jika suatu kejahatan adalah suatu akibat, maka apa sebebnya?

Kejahatan bagi Aquinas adalah sesuatu yang cacat (defficient effect). Karena kejahatan adalah sesuatu yang cacat, maka ia tidak dapat diasalkan pada suatu sumber yang supercacat. Dengan kata lain, tidak ada prinsip lain dari kejahatan, karena jika entitaas dari mahajahat itu ada, maka ia akan menghancurkan diri sendiri. Sebuah cacat yang berasal dari cacat yang paling mendasar akan mengarah kepada penyerahan diri. kehancuran yang berasal dari kehancuran yang paling mendasar akan berakhir dengan kehancuran diri yang total. Maksudnya adalah kejahatan tidak berasal dari dirinya sendiri, karena jika kejahatan berasal dari kejahatan akan mengarah kepada penyerahan diri atau kejahatan diri yang total.

Atas dasar itu Aquinas mengemukakan bahwa sebab dari kejahatan adalah kebaikan. Kebaikan tidak menyebabkan kejahatan secara langsung, tetapi secara aksidental. Karena ada kebaikan, maka ada kejahatan. Sebab adanya kebaikan dapat melahirkan kejahatan. Kejahatan yang disebabkan oleh kebaikan itu, demikian ia menguraikannya;

“...Mirip dengan tidak adanya air dan udara dalam kobaran api. Tidak adanya kedua anasir tersebut tidak bersifat intensional, tetapi merupakan faktor aksidental yang terjasi bersamaan dengan proses berkobarnya api. Kejahatan yang diderita oleh air dan udara tidak secara langsung dan sengaja muncul dari semakin berkobarnya api, melainkan hasil tak sadar darinya. Tujuan api adalah untuk semakin berkobat, dan tiada air dan udara merupakan efek tak terrencana dari tujuan tersebut. Demikianlah kejahatan yang diderita oleh mahkluk ciptaan muncul sebagai faktor aksidental dari proses perealisasian kebaikan”

Jawaban atas pertanyaan kedua dan ketiga merupakan konsekwensi lebih jauh dari argumentasinya mengenai kejahatan. Menurutnya Tuhan tidak menjadi sumber kejahatan, karena kejahatan pada dirinya sendiri tidak memiliki dasar yang mutlak. Kejahatan yang muncul dari cacat tindakan mahkluk ciptaan. Tidak dapat secara langsung diasalkan kepada Tuhan yang sempurna dalam kebaikan-Nya, karena sefatnya yang aksidental. Yang Ilahi hanya menyebabkan sesuatu yang sifatnya yang esensial, yakni kebaikan.

Thomas Aquinas membuat suatu perbedaan yang sangat tajam antara Tuhan Pencipta yang Mahabaik dan Mahasempurna dalam penciptaan-Nya. Kejahatn muncul dari tindakan partikular manusia dalam semesta kebaikan yang mendasar. Singkatnya, cacat dalam tindakan manusia sebagai ciptaan yang melahirkan kejahatan. Kejahatan tak dapat disangkal kepada Tuhan Pencipta. Kejahatan adalah sesuatu yang cacat dalam diri manusia ciptaan-Nya.

Sementara untuk pertanyaan ketiga, seperti yang sudah dipaparkan, ia berpendapat bahwa “kejahatan tidak dapat diasalkan dari suatu entitas mahajahat. Karena jika demikian, maka yang terjadi adalah kehancuran total kejahatan itu sendiri”. Secara sederhana dapat dipahami bahwa, jika kejahatan itu diasalkan kepada yang mahajahat, maka kebaikan tidak mungkin ada. Juga jika kebaikan diasalkan kepada yang mahabaik, maka tidak ada kejahatan. Tetapi keduanya, yang jahat dan yang baik selalu ada, maka tidak dapat diasalkan kepada yang mahanya masing-masing. Kalau diasalkan kepada salah satu maha, maka yang lain tidak akan ada. Tetapi dalam kenyataan ada, maka yang kejahatan dapat diasalkan dari cacatnya kebaikan dari ciptaan-Nya (manusia). Demikianlah, menurut Thomas Aquinas tidak ada prinsip utama kejahatan sebaimana adanya prinsip utama kebaikan.

Singkatnya, kebaikan itu ada prinsip utamanya, tetapi menjadi kejahatan karena ada sebab, yakni cacatnya kebaikan. Tuhan maha baik dan sempurna. Ia tidak dapat  menciptakan kejahatan. Kejahatan merupakan tindakan cacat dari manusia. Manusia cacat melanjutkan kebaikan, dari prinsip utama, yakni Tuhan. Karena itu tindakan cacat dari manusia mengakibatkan adanya kejahatan, maka sumber kejahatan adalam manusia bukan Tuhan.

*   *   *

Dirampung Dari Berbagai Sumber

Posting Komentar

"...Sobat berikanlah tanggapanmu atas tulisan di atas..."

Copyright © Muye Voice. Designed by OddThemes