Papua setelah diintegrasikan ke pangkuan Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI), kekhasan pembangunan yang dimiliki orang asli Papua
mengalami kemunduran. Orang Papua dengan adanya transmigrasi, migrasi
yang disebut mengalirnya orang luar (Jawa) ke Papua, orang Papua sendiri
termarginalisasi atau di sebut terpinggirkan dari daerah asalnya.
Di berbagai daerah Papua, terkenal dengan daerah TRANS. Daerah atau
tempat ini dikuasai oleh negara untuk menempatkan orang luar Papua
sebagai tempat mereka, sementara orang asli Papua disingkirkan tanpa
komunikasi yang baik.
Orang-orang TRANS diperhatikan baik
dengan dilengkapi rumah, tempat berladang dan lain sebagainya, sementara
orang Papua merana dan harus mencari tempat tinggal baru.
Perkembangan selanjutnya, setelah daerah-daerah orang Papua dikuasai,
orang luar Papua datang dengan alasan membangun Papua dari
ketertinggalan, tetapi pembangunan itu tidak memihak masyarakat. Malah
pembangunan itu "bias pendatang". artinya, Pembangunan "Kepapuaan"
hilang ditelan arus zaman para penguasa.
Nyatanya, semua
pembangunan perumahan, baik kantor-kantor dan perumahan lainnya "bias
pendatang". Pembangunan yang berupa "kepapuaan" sangat minim dan bahkan
hampir di sebagian kota di Papua tidak nampak. Hal ini dibarengi dengan
"Penguasa". Yang menguasai daerah adalah Negara, sehingga negara
berkarya sesuai kemauan dan keingininannya tanpa pertimbangan dengan
masyarakat lokal dan budaya setempat.
Bahaya lain bahwa
kapitalisme mulai menguasai perdagangan. Yang berkuasa dia menang, nyata
semua perkembangan pasar dikuasai pendatang. Barang-barang yang adalah
hasil produk masyarakat diproduksi kembali lagi oleh pada penguasa atau
pedagang pendatang. Contohnya; pinang. Orang Pendatang sudah menjadi
penjual pinang.
Bahaya, perkembangan zaman ini sudah menyebar
hingga akar rumput. Masyarakat mulai tak berdaya, melihat para pembisnis
atau pedangang kelas kakap mulai menguasai pasar. Apalagi para
pembisnis ini dilengkapi dengan alat pengawet, yang bisa mengawetkan
kembali barang dagangan yang sebenarnya sudah tidak berlaku. Maka Papua
sudah dijawanisasi, buginisasi dan lainnya.
Bisakah pemerintah
menjawab kerinduan dan keinginan pedagang asli Papua...? dan membangun
Papua dengan bias KEPAPUAAN...? atau apakah bisa terjadi atau tidak...
ataukah nurani pemerintah (orang asli Papua) sudah termakan oleh arus
bias pendatang...atau takut kalau membangun Papua bias KEPAPUAAN,
dibilang rasis...
...........ataukah mungkin pemerintah tidak bisa dan tidak mampu...?..............ataukah bisa dan mampu tetapi tidak mau....dan hanya mau bersenang-senang sendiri dan memenderitakan rakyatnya...? (MuyeYoka)
Posting Komentar
"...Sobat berikanlah tanggapanmu atas tulisan di atas..."