Aparat Gabungan TNI dan Brimob telah Melakukan Penyisiran Rumah Warga Civil di Mulia, Puncak Jaya, Papua Barat

 
Kronologis Penyisiran Rumah Warga di Mulia Puncak Jaya Papua :
Pada tanggal 11 April 2011, tepat pukul 06:00 (waktu Papua) TNI dari satuan 753 dan Brimob kota Mulia, Kabupaten Puncak Jaya telah melakukan penyisiran rumah-rumah warga sipil. Yang telah berhasil identifikasi dan interview adalah dua orang pemilik rumah sebagai korban akibat penyisiran ini.

Nama korban yang telah berhasil di wawancara adalah:
1. Mitena Enumby
2. Inggimban Enumby

Dari hasil wawancara Mitena Enumby sebagai saksi juga Korban, ia mengatakan bahwa penyisiran tersebut berlangsung dari pukul 06:0012:25 wp.

Penyisiran tersebut dilakukan secara tidak manusiawi. Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Brimob datangi rumah warga di sekitar tempat penyisiran lalu menyuruh semua warga yang menghuni dalam rumah dan di suruh keluar dan sempat mengeluarkan tembakan, sehingga masyarakat setempat orang dewasa sampai anak-anak bayi sangat ketakutan dan mengalami trauma. Kata Mitena Enumby sebagai saksi juga korban penyisiran saat di wawancarai belum lama pada tanggal 3 Desember 2012 ini.

Aparat gabungan TNI dan Brimob, mereka memasuki dalam rumah milik warga dan memeriksa semua barang milik warga yang ada dalam rumah. Semua yang dilakukan TNI dan Brimob adalah seperti yang di lihat pada Videonya. Selain itu TNI dan Brimob juga membakar 1 unit rumah milik Mitena Enumby. Sebelum membakar rumah tersebut, para aparat gabungan TNI dan Brimob itu memotong beras satu sak ukuran 50 kg dengan karung lalu di tumpakan di depan korban. Lanjutnya.

Dalam penyisiran ini, aparat gabungan TNI dan Brimob menangkap salah seorang warga sipil yang bernama Wandiman Wanimbo, 23 Tahun. Wandiman adalah seorang warga yang kurang waras atau sinting, diitangkap oleh aparat gabungan TNI dan Brimob. wandiman tidak hanya di tangkap, para aparat sebelum membawa korban ke tahanan, memukul korban sampai babak belur, tidak sampai disitu, namun para aparat gabungan TNI dan Brimob itu membawa korban ke badan jalan (di aspal) dan diguling-gulingkan di atas aspal sampai berdarah-darah, di tendang pada dagu dan seluruh bagian tubuh korban, pukulan keras oleh para aparat keamanana Indonesia yang tak beriberi kemanusiaan dan keji. Akhirnya korban pinsang di tempat, seperti yang di lihat pada Video tersebut . Sambung Mitena.

Aparat gabungan TNIdan Brimob di Mulia, Puncak Jaya telah melakukan penyisiran terhadap rumah dan warga yang menghuni rumah. Penyisirn ini aparat gabungan (TNI dan Brimob) lakukan, karena diduga Inggimban Enumby (korban penyisiran itu) memiliki jaringan dengan Tentara Pembebasan Nasional, Organisasi Papua Merdeka (TPN-OPM) dan mereka juga menduga bahwa Inggimban Enumby sebagai penghubung TPN-OPM untuk menembak tukang ojek, yang telah tertembak pada tanggal 11 April 2012. Namun sebenarnya, Inggimban adalah warga sipil yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan TPN-OPM.

Sampai detik berita ini dikeluarkan, Aparat gabungan TNI dan Brimob di Mulia, Puncak Jaya, telah dan sedang melakukan penyisiran dengan sewenang-wenang di luar prosedur hukum.

Pelanggaran Hak Asasi Masyarakat sipil ini telah dan sedang lakukan oleh Aprat gabungan TNI dan Brimob di Mulia, Puncak Jaya, Papua Barat dari tahun ke tahun. Dengan aksi-aksi aparat keamanana Indonesia di Puncak jaya ini, maka masyarakat sipil hidup tidak bebas dan selalu menjadi korban.

Dugaan Aparat Keamanan Indonesia terhadap Inggimban sebagai penghubung atau memiliki jaringan dengan TPN-OPM itu hanya sebuah skenario, karena sebenarnya tidak ada saksi maupun bukti hukum untuk membenarkan keterlipatan Inggimban dalam kasus 11 April 2012, yang menewaskan tukang ojek itu.

TNI dan Brimob mencurigai Inggimban dan menangkapnya, namun sebenarnya Inggimban telah menjadi korban akibat penyisiran dan penangkapan tanpa prosedur dan tidak berdasarkan fakta hukum. Aparat TNI/POLRI juga telah membakar rumah warga.

Dalam penyisiran ini, Aparat gabungan juga telah membakar rumah warga sipil, penangkapan dan pengrusakan fasilitas milik warga. Semua aksi aparat keamanan Indonesia di Puncak Jaya adalah suatu scenario oleh TNI dan Brimob, yang merupakan proyek militer di Puncak Jaya, Papua Barat. Sambung Mitena dengan nada kesal saat di wawancara oleh Activist Independence Papua Barat.

Laporan ini menunjukan bahwa lebih banyak korban pelanggaran HAM yang belum teridentifikasi di Puncak Jaya dan di wilayah lain di Papua. KNPBnews  hanya bisa melakukan wawancara kepada 2 orang korban, karena memang medan dan situasi yang dikendalikan oleh aparat keamanan maka sulit. Artinya, activist pun tidak bebas.

Sumber: http://knpbnews.com/blog/archives/1322

Posting Komentar

"...Sobat berikanlah tanggapanmu atas tulisan di atas..."

Copyright © Muye Voice. Designed by OddThemes