HONNY --- Mengurusi masyarakat adat di Indonesia, khususnya di Papua, Pemerintah Pusat telah membentuk Lembaga Masyarakat Adat (LMA) yang strukturnya berasal dari Jakarta. Terkadang kepengurusan adat oleh Pemerintah, seperti LMA di Dogiyai terkesan berpotensi konflik antar tokoh dan figur lokal.
Hal ini dikemukakan Alex Kumis Putih Goo, mantan aktivis muda di Moanemani kepada tabloidjubi.com, Selasa (4/10). “Dulunya, mengurusi lembaga adat masyarakat tidak pernah terjadi masalah. Tetapi setelah kabupaten terbentuk, belum tentu semulus di masa silam,” ungkap mantan aktivis muda asal Tokapo, Distrik Kamu, Kabupaten Dogiyai.
Menurutnya, struktur kepengurusan lembaga adat menurut pemerintah pusat bertolak belakang dengan sistim kepengurusan adat oleh masyarakat. “Dogiyai menurut karakteristik khas kehidupan manusia dan alam, sebelum pemekaran kabupaten terdapat dua kepengurusan adat, yaitu wilayah Mapia dan wilayah Kamu. Tapi, menurut sistem pemerintahan, dalam satu kabupaten terdapat satu lembaga kepengurusan. Ini yang bikin, masing-masing kepengurusan tidak mau kalah di tingkat kabupaten,” ujarnya.
Tanpa melalui Musyawarah, lanjutnya, siapa pengurus dan ketuanya lembaga adat di wilayah adat Meuwo, wilayah adat Suku Mee? Khususnya di Kabupaten Dogiyai sekarang, jauh sebelum kabupaten dimekarkan, lembaga adat di Wilayah Mapia sering diurusi atau diwakili oleh Yopi Degei. Sedangkan Di Wilayah Kamu, Germanus Goo. Kedua figure ini, dalam mengurusi kelembagaan adat atau tidak, berjalan terpisah, tak pernah meleburkan diri dalam satu kepengurusan besar di tingkat kabupaten.
Perpecahan secara tajam terjadi ketika pelantikan LMA tingkat Kabupaten oleh DPP LMA tingkat Provinsi, khususnya wilayah Timika dan sekitarnya beberapa bulan lalu, bertempat di Gedung Eme Neme Yauware, Timika. “Tanpa membahas bersama dan diketahui umum oleh masyarakat adat, ketika terjadi pelantikkan kepengurusan adat wilayah Papua di Timika (beberapa bulan waktu-red), yang turut hadir adalah Yopi Degei. Sedangkan Germanus tidak hadir, karena tidak mengetahui sama sekali,” jelasnya.
Hingga kini soal kepengurusan LMA Kabupaten Dogiyai, belum tuntas antara tokoh dan figur lokal setempat. Informasi yang diterima, Yopi Degei lebih sering berada di kota, serta berurusan lebih banyak ke vertikal tingkat atas. Sedangkan Germanus Goo, lebih banyak bergerak ke vertikal bawah, yaitu terhadap lapisan masyarakat adat Wilayah Suku Mee di Kabupaten Dogiyai.
Ketika, kedua figur adat ini dikonfirmasi, mengakui sejujurnya. “Saya sudah sah menjadi ketua LMA Dogiyai, karena sudah dilantik di Timika bersama, sembilan pengurus LMA Kabupaten tetangga wilayah Papua,” tegas Degei. Sedangkan Germanus Goo, tak mengangkat diri sebagai ketua, ketimbang Degei. “Saya bukan mengangkat diri. Tapi karena tidak ada yang mengurusi urusan adat dan masyarakat Mee, jadi kalau dipercayakan oleh masyarakat untuk mengurus sesuatu, saya siap seperti selama ini saya kerjakan,” ucap Paitua Goo. (JUBI/ALMER PITS)
Posting Komentar
"...Sobat berikanlah tanggapanmu atas tulisan di atas..."