Ku tersungkur di sini
Tuk kesekian kalinya
Apalagi yang bisa kubanggakan lagi
Hilang semua yang ada
Meski tetap utuh jasad ini
Tak kan bisa mengobati
Tuk kesekian kalinya
Apalagi yang bisa kubanggakan lagi
Hilang semua yang ada
Meski tetap utuh jasad ini
Tak kan bisa mengobati
Remuk redam hati
Terpecah berkeping-keping hingga menjadi serpih bertebaran
Yang lelah berkelana
Tuk cari petuah
Yang entah kemana perginya
Sudah tak kuasa lagi
Kulihat negeri ini
Yang dulu baik elok permadani
Hijauan terhampar di mana-mana
Entah kini menghilang ke mana
Semua tampat gersang
Mati, kelaparan hingga melanda
Manusia tersakiti tak terperih
Namun tetap saja pemimpin negeri ini bungkam
Bungkam kemanusiaan
Bungkam kesadaran
Bungkam pikiran
Hingga bungkam nuraninya
Mata tak lagi jerih
Laku tak lagi peduli
Hati tak lagi hirau
Semua tertutup “uang”
Benda awal bencana negeri ini
Sengsara tiada akhir
Karena “uang” sudah merajai dari tiap langkah pemimpin negeri ini
Tak kan bisa dia tinggalkan karena demi pula kekuasaan
Hingga pada cerita mengerikan dari alam bawah sadar
Krisis ekonomi
Krisis moral
Krisis kemanusiaan
Hingga krisis kepercayaan
Korupsi meraja lela
Bencana besar era baru
Versi negeri ini terkulai
Pemimpin tertawa
Rakyat terlunta
Matipun tak mengapa
Negeri lain mencerca
Tetap saja berlaku
Penguasa di atas segala-galanya
Tak lagi cerdas generasi ini
Pendidikan telah terkorupsi
Tak lagi bersih hati ini
Agama telah coreng-moreng
Tak lagi sehat badan ini
Kesehatan berbalik jadi pesakitan
Siapa lagi mau peduli
Neger ini berteriak serak
Kehabisan akal
Terlulai
Maukah bangkit
Adakah asa di sana
Di mata generasi peduli
Generasi putih
Tersungkur aku disini
Menghiba tulus
Menetes air mata
Mengharap doa terkabul
Pinta untuk damai tentram
Pinta untuk adil
Dan pinta untuk ketulusan hati para pemimpin.
(Ratap Anak Manusia = Di Bawah Bukit-Keheningan = Honaratus Pigai)
Terpecah berkeping-keping hingga menjadi serpih bertebaran
Yang lelah berkelana
Tuk cari petuah
Yang entah kemana perginya
Sudah tak kuasa lagi
Kulihat negeri ini
Yang dulu baik elok permadani
Hijauan terhampar di mana-mana
Entah kini menghilang ke mana
Semua tampat gersang
Mati, kelaparan hingga melanda
Manusia tersakiti tak terperih
Namun tetap saja pemimpin negeri ini bungkam
Bungkam kemanusiaan
Bungkam kesadaran
Bungkam pikiran
Hingga bungkam nuraninya
Mata tak lagi jerih
Laku tak lagi peduli
Hati tak lagi hirau
Semua tertutup “uang”
Benda awal bencana negeri ini
Sengsara tiada akhir
Karena “uang” sudah merajai dari tiap langkah pemimpin negeri ini
Tak kan bisa dia tinggalkan karena demi pula kekuasaan
Hingga pada cerita mengerikan dari alam bawah sadar
Krisis ekonomi
Krisis moral
Krisis kemanusiaan
Hingga krisis kepercayaan
Korupsi meraja lela
Bencana besar era baru
Versi negeri ini terkulai
Pemimpin tertawa
Rakyat terlunta
Matipun tak mengapa
Negeri lain mencerca
Tetap saja berlaku
Penguasa di atas segala-galanya
Tak lagi cerdas generasi ini
Pendidikan telah terkorupsi
Tak lagi bersih hati ini
Agama telah coreng-moreng
Tak lagi sehat badan ini
Kesehatan berbalik jadi pesakitan
Siapa lagi mau peduli
Neger ini berteriak serak
Kehabisan akal
Terlulai
Maukah bangkit
Adakah asa di sana
Di mata generasi peduli
Generasi putih
Tersungkur aku disini
Menghiba tulus
Menetes air mata
Mengharap doa terkabul
Pinta untuk damai tentram
Pinta untuk adil
Dan pinta untuk ketulusan hati para pemimpin.
(Ratap Anak Manusia = Di Bawah Bukit-Keheningan = Honaratus Pigai)