ANTARA RAIMUNA dan MAMA-MAMA PEDAGANG ASLI PAPUA

Antara Raimuna dan Mama-mama Pedagang Asli Papua (Foto: Desain/Momai)
Pada hari ini, Rabu 10 Oktober 2012, Wakil Presiden Budiono secara resmi membuka acara kegiatan akbar Pramuka tingkat Nasional (Raimuna Nasional ke-X) di Bumi Perkemahan (Buper), waena-Jayapura-Papua.

Kegiatan itu mendapat dukungan penuh dari lembaga wakil rakyat Papua (DPRP) dengan menganggarkan dana mencapai Rp 350 Milyar bersumber dari APBD. Dari jumlah tersebut, Rp 80 Milyar di antaranya digunakan untuk membangun sarana dan prasarana.

Tujuan DPRP memberikan dana sebesar itu, ingin agar Raimuna yang berskala nasional ini mampu memberikan kesan yang sebenarnya tentang Papua kepada peserta dari luar Papua.

Kesan seperti apa yang ingin diberikan adalah kurang jelas...? apakah kesan bahwa Papua sudah sejahtera ataukah mau menunjukkan bahwa DPRP telah menyimpan uang milik rakyat, alias uang hasil korupsi...? tapi yang jelas adalah telah memberikan dana miliaran rupiah. lebih jelasnya baca (Binpa) http://bintangpapua.com/headline/27501-anggaran-rainas-rp-350-m-tapi-gaungnya-tak-terasa

Kegiatan yang akan berlangsung selama satu minggu (empat hari) itu, memakan dana yang cukup besar nilainya. Sementara mama-mama pedang asli Papua yang sudah berjuang sejak 2004 lalu hingga kini masih belum mendapatkan dana sebesar itu. Apalagi mendapat jawaban pasti tentang akan dibangunnya gedung permanen.

Mama-mama pedang asli Papua yang berjuang, keluar-masuk pintu ruangan DPRP, Gubernuran dan Wali Kota, belum juga ada tanggapan serius tentang pasar permanen itu.

Diakui bahwa pemerintahan di Papua, telah menunjukkan kebolehannya kepada pihak luar Papua. Hanya mencari popularitas diri dan kelompoknya, agar diakui dan diberikan pesan positif. Sementara terhadap rakyatnya, belum ada suatu pembangunan dan perkembangan yang matang. Padahal rakyatnya sedang menderita, karena ulah yang hanya mencari popularitas itu.

Hal ini ibarat sebuah keluarga yang hidupnya diliputi dengan kekerasan, tetapi dihadapan keluarga lain mereka menampilkan sikap kekeluargaan yang harmonis. Itu berarti ada suatu sikap "munafik", artinya "buat baik di depan orang lain agar disanjung, tetapi hancur kalau tidak ada orang lain".

Harapan rakyat jelata, semoga pemerintah sadar dan membangun hak-hak dasar rakyat Papua. (Honaratus Pigai)

Posting Komentar

"...Sobat berikanlah tanggapanmu atas tulisan di atas..."

Copyright © Muye Voice. Designed by OddThemes