Oxfam Meluncurkan Buku “Kisah Dari Lapangan: Stories From The Field” di STFT “Fajar Timur”


Jayapura – Oxfam bekerja sama dengan lembaga Sekolah Tinggi Filsafat Teologi “Fajar Timur” meluncurkan buku yang berjudul: Kisah Dari Lapangan: Stories From The Field, di Aula St. Yoseph STFT “Fajar Timur”, 27/02/13.


Foto: IpTek
Patricius Asfomey, Manager Oxfam Papua dalam sambutannya mengatakan, peluncuran buku yang dilakukan di STFT “Fajar Timur” adalah peluncuran buku kedua yang dihasilkan oleh Oxfam. Buku pertama, perna diluncurkan di Aula Uncen dengan judul “Ubi Jalar Kehidupan bagi manusia”. Ia pun memberi alasan mengapa harus dilakukan di lingkungan akademi atau kampus. Ia mengatakan karena kajian Oxfam merupakan salah satu kekayaan ilmiah yang diberikan kepada generasi-generasi penerus bangsa di tanah ini.

Lebih lanjut, Asfomey meengatakan Oxfam saat ini sedang melaksanakan tiga program di tanah Papua, salah satunya adalah program Pengembangan Wirausaha Papua. Tujuan utamanya demi peningkatan pemenuhan hak-hak dasar orang Papua, baik perempuan maupun laki-laki melalui pengembangan peluang-peluang sumber penghidupan yang berkelanjutan, serta peningkatan pendapatan.

Ia pun menambahkan bahwa sasaran Oxfam adalah menatap langsung atau terlibat langsung dalam kehidupan rakyat, agar tujuan tersebut tercapai.

“Oxfam terlibat langsung dalam kehidupan rakyat, supaya dapat mentransfer skil dan kreativitas yang dimiliki oleh anggota kepada masyarakat setempat,” katanya.

Ia pun mengatakan “buku yang diterbitkan itu sebagai seri pertama, yang mengulas kisah-kisah rakyat yang berhasil dalam dunia wiraswasta”.

Buku tersebut memuat tiga belas kisah yang berasal dari usaha kecil yang ada di Papua, khususnya di lima kabupaten, Jayawijaya, Nabire, Paniai, Yapen, dan Jayapura.  Di lima wilayah ini Oxfam menggandeng beberapa mitra lokal sebagai rekan kerja dalam pengembangan kewirausahaan.

Di samping itu, Asfomey menegaskan bahwa Oxfam ada di Papua untuk memberdayakan dan mengolah apa yang sudah ada di masyarakat.

“Masyakarat sudah punya tanah dan kemampuan mengelolahnya, Oxfam datang hanya mendukung dan mengembangkan kemampuan rakyat itu,” ungkapnya.

Sementara itu, Bapak Abdon Bisei, M.Hum, selaku Ketua Sekolah Tinggi Filsafat Teologi “Fajar Timur” pada awal sambutannya mengapresiasi karya yang diciptakan oleh Oxfam. Pada tempat yang sama Bisei mengatakan ‘saya bercerita maka saya ada’. Kata filosofi ini dijelaskannya bahwa cerita yang tidak didokumentasi akan berlalu, maka cerita mesti didokumentasi agar menjadi ada.

“Cerita menjadi sebuah cerita semata, akan berlalu tetapi cerita itu mesti didokumenkan agar ada dan dikenang” tegasnya.

Ia mengatakan Oxfam sudah memulai mendokumenkan beberapa kisah dalam hal ekonomi.

Menyangkut posisi Gereja dalam pengembangan ekonomi, Bisei menegaskan bahwa Gereja terlibat dalam pengembangan ekonomi demi mengangkat harkat dan martabat manusia, bukan melulu dengan altar atau mimbar semata. Gereja juga memiliki andil dalam pengembangan kehidupan masyakarat yang lebih baik dan aman.

“Posisi Gereja sekarang dalam bidang ekonomi terlibat membangun umat. Gereja terlibat dalam rangka mengangkat harkat dan martabat manusia yang lemah. Gereja hadir untuk mereka,” lanjutnya.

Ia pun mengatakan Gereja dapat mampu bekerja sama dengan orang-orang yang berkehendak baik, bukan dengan orang yang dapat mendatangkan halangan bagi umat. Maka baginya siapa yang bekerja demi mengangkat harkat dan martabat manusia dengan kehendak baik adalah berkarya demi menghadirkan Kerajaan Allah/damai.

“Posisi Gereja dalam bidang ekonomi dapat mengangkat harkat dan martabat manusia. Jadi siapa yang bekerja demi mengangkat harkat dan martabat manusia, adalah bekerja demi menghadirkan Kerajaan Allah” ungkapnya.

Selanjutnya, Pater Izak Resubun MSC sebagai pembedah buku tersebut mengatakan buku tersebut memiliki kekuarangan dan kelebihan. Ia mengusulkan beberapa point penting yang rupanya tidak dimasukan dalam tulisan tersebut, misalnya menyangkut Judul Buku dan proses keberhasilan atau kegagalan yang dicapai Oxfam belum mendapat tempat yang banyak dalam tulisan. Tak lupa ia pun mengapresiasikan tulisan ini. Ia mengatakan “awal itu banyak kekurangan, tetapi dari kekurangan itu kita mengajak orang lain untuk menilai dan menulis”.

Sementara perwakilan dari KIPRa Papua, Marten Wayoi menegaskan pentingnya pengembangan ini, demi membangun usaha wiraswasta rakyat Papua. Rakyat perlu diberdayakan demi pengembangan hidup mereka ke depan.

Mewakili beberapa penulis, Rio Pangemanan, mengatakan Oxfam bergerak dari apa yang sudah ada dalam masyarakat. Buku yang ditulis ini pun adalah hasil dari pengetahuan masyarakat, bukan hasil pengetahuan Oxfam.

“buku ini bukan kita (Oxfam) yang tulis, tetapi rakyat sendiri yang tulis” ungkapnya.

Rio pun menegaskan, “Oxfam terlibat untuk mebagi pengetahuan dan skil dalam memberdayakan masyarakat. Buku ini juga bukan suatu keberhasilan, tetapi perjuangan awal”. (Honaratus Pigai)

Posting Komentar

"...Sobat berikanlah tanggapanmu atas tulisan di atas..."

Copyright © Muye Voice. Designed by OddThemes