Masa Prapaskah dimulai pada hari Rabu
Abu dan merupakan masa persiapan khusus selama 40 hari untuk merayakan Paskah. Empatpuluh
hari Masa Prapaskah merupakan tradisi yang telah berlangsung lama dalam Gereja,
teristimewa setelah disahkannya kekristenan pada tahun 313. Konsili Nicea
(tahun 325), dalam hukum disiplinernya, mencatat bahwa dua sinode provinsial
haruslah diselenggarakan setiap tahun, “satu
sebelum Masa Prapaskah selama 40 hari.”
St. Sirilus dari Alexandria (wafat 444)
dalam serial “Surat-surat Festal”
juga mencatat praktek dan lamanya Masa Prapaskah, dengan menekankan masa puasa
selama 40 hari. Akhirnya, Paus St. Leo (wafat 461) menyampaikan khotbahnya
bahwa umat beriman wajib “melaksanakan
puasa mereka sesuai tradisi Apostolik selama 40 hari”. Orang dapat
menyimpulkan bahwa pada akhir abad keempat, masa persiapan selama 40 hari
menyambut Paskah yang disebut sebagai Masa Prapaskah telah ada, dan bahwa masa
ini berakhir pada Hari Raya Paskah.
“Konstitusi tentang Liturgi Kudus”
Konsili Vatikan II memaklumkan, “Dua ciri khas Masa Prapaskah - mengenang atau
mempersiapkan pembaptisan, dan membina tobat - haruslah diberi penekanan yang
lebih besar dalam liturgi dan dalam katekese liturgi.
Masa Prapaskah merupakan sarana Gereja
dalam mempersiapkan umat beriman untuk merayakan Paskah, sementara mereka
mendengarkan Sabda Tuhan dengan lebih sering dan meluangkan lebih banyak waktu
untuk berdoa” (no. 109). Selanjutnya Konsili menekankan, “Namun puasa Paska
hendaknya dipandang keramat, dan dilaksanakan di mana-mana pada hari Jumat
Sengsara dan Wafat Tuhan, dan bila dipandang berfaedah, diteruskan sampai Sabtu
Suci, supaya dengan demikian hati kita terangkat dan terbuka untuk menyambut
kegembiraan hari Kebangkitan Tuhan” (no. 110). Instruksi ini tampaknya
menyatakan bahwa Masa Prapaskah, masa persiapan dalam doa, puasa dan matiraga
terus berlanjut hingga Misa Paskah pertama, yaitu Misa Malam Paskah.
Namun demikian, dengan pembaharuan
liturgi yang diprakarsai oleh Konsili Vatikan II, perayaan Trihari Suci (=
Triduum) - Kamis Putih, Jumat Agung dan Paskah - juga dipertimbangkan kembali.
Patut diingat bahwa Paus Pius XII sesungguhnya memulai praktek ini dan pada
tahun 1951 mengembalikan Malam Paskah ke tempatnya yang lebih sesuai.
Masing-masing liturgi Kamis Putih, Jumat Agung dan Malam Paskah tidak dipandang
sekedar sebagai perayaan dari peristiwa-peristiwa yang terpisah, melainkan
ketiganya sungguh dipandang sebagai satu misteri keselamatan. Oleh sebab itu,
Misa Perjamuan Malam Terakhir Tuhan pada hari Kamis Putih tidak diakhiri dengan
berkat penutup; melainkan berkat diberikan di akhir Misa Malam Paskah. Dalam
ensikliknya yang indah, “Ecclesia de Eucharistia” Paus Yohanes Paulus II yang
terkasih menulis, “Pencurahan Roh Kudus telah melahirkan Gereja, dan
mengutusnya ke seluruh dunia. Tetapi saat yang menentukan bagi pencitraannya
pastilah pendasaran Ekaristi di Ruang Perjamuan. Dasar dan sumber mata airnya
adalah seluruh Trihari Suci Paskah. Dan semuanya ini seolah diramu, dipancarkan
dan dipadatkan buat selamanya dalam karunia Ekaristi. Dalam karunia ini, Yesus
Kristus dipercayakan kepada Gereja-Nya, sebagai penghadiran abadi Misteri
Paskah. Dengan itu, Ia membentuk misteri `kesatuan waktu' antara Trihari Suci
dan perlangsungan segala abad” (no. 5). Sebab itu, orang dapat beragumentasi
bahwa Masa Prapaskah berakhir dengan perayaan Misa Perjamuan Malam Terakhir
Tuhan pada hari Kamis Putih, yaitu awal dari Trihari Suci; namun demikian orang
juga akan mendapati Masa Prapaskah yang kurang dari 40 hari, yang tidak sesuai
dengan tradisi yang telah lama berlangsung.
Jadi, bagaimana? Mungkin, di sini
tradisi mendapatkan penekanan yang lebih. Seperti dinyatakan di atas, Konsili
Vatikan Kedua mengingatkan kita untuk mempertahankan puasa Paskah sepanjang
Masa Prapaskah hingga Malam Paskah, yaitu Misa Paskah pertama. Namun demikian,
kita juga patut merayakan Triduum sungguh sebagai satu peristiwa penyelamatan
yang memungkinkan kita untuk hidup dalam realitas abadi dari perjamuan malam
terakhir, sengsara, wafat dan kebangkitan Tuhan. Trihari Suci bahkan merupakan
masa persiapan yang terlebih intensif dalam menyambut Paskah dan menghantar
Masa Prapaskah pada puncaknya.
Disadur
Oleh; Honaratus Pigai dari YESAYA: www.indocell.net
Posting Komentar
"...Sobat berikanlah tanggapanmu atas tulisan di atas..."