Oleh: Ahmad Syafii Maarif
Harian "Sinar Harapan" pada tanggal 19 Nop. 2014, halaman 1, menurunkan berita mengerikan di bawah judul "Punahnya 45 Marga di Papua."Berita ini berkaitan dengan semakin merebaknya kasus HIV/AIDS di enam kabupaten di Papua di wilaya adat Meepago: Mimika, Nabire, Deiyai, Dogiyai, Intan Jaya, dan Paniai."Di enam kabupaten ini 45 marga dalam proses kepunahan dihantam oleh penyakit yang membawa maut itu.
Dengan penuh prihatin Pastor Nato Gobay Pr menyampaikan kondisi buruk itu di depan Gubernur Papua Lukas Enembe dan stafnya dalam acara Musyawarah Besar Pencegahan HIV/AIDS dan Penanggulangan Minuman Keras (Miras) selama empat hari di Nabire mulai 17 Nopember yang lalu. Virus maut yang belum ketemu obat penangkalnya ini sebenarnya sudah lama merebak di berbagai wilayah di nusantara, tetapi di Papua adalah yang terparah. Maka jika tidak dilakukan tindakan pecegahan terpadu di sana, kita sangat cemas bahwa saudara-saudara kita di provinsi kaya mineral itu akan terus saja menjadi korban bergelimpangan.
Oleh sebab itu kementerian kesehatan yang dinakodai oleh Prof Nila Djoewita ini harus tanggap terhadap apa yang sedang menggoncang bumi Papua ini. Propinsi Papua tidak mungkin sendirian melawan wabah yang mudah menular ini antara lain melalui hubungan seks bebas (97 persen) yang nyaris tak terkendalikan di kalangan warga kita di sana. Masalah miras juga beban lain yang mesti diberantas. Berbagai agama sejak ribuan tahun yang lalu telah memberikan lampu merah akan bahaya miras itu. Tetapi manusia tetap saja membangkang terhadap peringatan itu.
Kita tidak tahu sudah berapa puluh miliar dolar dunia mengalokasikan dana untuk penanggulangan akibat buruk dari HIV/AIDS dan miras terhadap umat manusia yang tak mau menghindarkan diri dari godaan penyakit dan minuman yang jelas-jelas membahayakan dirinya. Korban terbanyak memang menimpa penduduk berkulit hitam di beberapa negara Afrika dan Papua. Apakah tidak baik jika enam kabupaten di Papua itu diberi tanda SOS (selamatkan jiwa kami)? Pastor Nato telah melangkah untuk memasang lampu merah bagi kita semua agar tidak tenggelam dalam ketidakpedulian terhadap nasib warga kita yang tak sadar, dan akhirnya tak berdaya itu.
Berapa angka korban HIV/AIDS di Papua? Gubernur Enembe memberikan angka-angka ini: jumlah seluruhnya sekitar 2,3 persen di Papua dengan HIV/AIDS 17.639 kasus, dengan rincian 6.457 HIV dan 11. 060 AIDS. Itu angka yang sudah terdata, yang belum tercatat belum diketahui, sebab seorang yang terkena bisa menularkan kepada banyak manusia lain.
Lukas Enembe sangat khawatir dengan kondisi warganya: "Jadi, jangan sampai orang Papua tinggal kenangan saja," dibinasakan oleh HIV/AIDS yang umumnya menghantam orang dalam usia 15-49 tahun, sebuah masa produktif. Kita terpesona oleh keindahan alam Papua, seperti kawasan Raja Empat Angkat yang fenomenal, tetapi membiarkan sebagian rakyatnya punah oleh HIV/AIDS adalah sebuah perbuatan immoral. Kita kutip lagi Pastor Nato: "... bahwa 45 marga di enam kabupaten wilayah adat Meepago sudah habis akibat terjangkit virus HIV/AIDS." Sebuah pernyataan yang mesti mendapat perhatian serius oleh bangsa ini, terutama oleh pemerintah lokal dan pusat.